Sabtu, 31 Desember 2016

SETIAP HATI, SETIAP PAGI


Setiap hati adalah cermin bagi pemiliknya

Tersebab jernih dan buram adalah bayangan diri

Bersih maupun suram sebagaimana kata hati



Setiap pagi laksana lembaran baru

yang bisa kau temukan ketika kau bangun atau mungkin tatkala ingin kau hapus hari yang lalu

Karena tak ada yang lebih jauh dari masa lalu


Tiada yang paling ditunggu

kecuali kesempatan yang terselamatkan

dan hati yang berani menyadari

atas pecahan-pecahan kesempatan yang terlewatkan

***



Sabtu, 17 Desember 2016

OHAYOU, KYOTO!



Kyoto

If you have noticed, I have been several times visiting Kyoto. Most of the reason are for project meeting. It happens that our collaborator is professor in Kyoto University, so in the end of semester I will visit Kyoto with my professor to explain the progress of the project itself. 
The meeting itself start from the afternoon and finish at the night. Afterwards, we hold a dinner in a fancy restaurant. At this time, I always give excuse to my professor to not join the dinner, since I am not sure about the restaurant they picked suitable for muslim or not. So I prefer to commuting for 30 minutes to get muslim friendly restaurant in Kyoto.







Fortunately, Professor always give the free time for student on the second day. Since we will go back to Tokyo in the afternoon, I always in hurry when I visiting good place in Kyoto. I mean that I only took several photos and change the destination place soon after. But, I always enjoy when I was in Kyoto. Like the old and kind city and make the visitor want to comes again.








See you on January, Kyoto! 







AUTUMN BLISS


During a fine afternoon Sunday couple weeks ago, I headed to the place near Saginuma station to enjoy autumn stroll. This place is quite and perfect to enjoy autumn rather than popular garden in Tokyo, since it is become very crowded especially on weekend. I just found this to be a perfect place to stroll and wander the things in the whole afternoon by myself.

By the way, this year be my second autumn in Tokyo, it means I have been living in this city since a year ago. Still, I can't not to pay attention whenever autumn comes. I love anything about it, whether it is about the color tone, fashion, and the weather itself, I really like. In the morning, mild wind blows slowly and fly part of hazel leaves. Beautiful.

I continue stroll along and meet children playing around with their father and a group of old women waiting for the bus. After stop in some spot to mesmerized things around, I am waiting the bus to go home.







Sabtu, 10 Desember 2016

5 things you should try in tokyo

Tokyo merupakan salah satu kota yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang. Baik dari sisi metropolis maupun kebudayaannya selalu ada hal yang bisa kita eksplor. Jika kamu memiliki rencana traveling ke Jepang, coba sempatkan untuk melakukan hal-hal berikut.

Menginap di ryokan

Ryokan adalah hotel tradisional khas Jepang. Saat menginap di ryokan, kita bisa merasakan tinggal rumah Jepang dengan segala kebiasaannya. Misalnya tidur di atas futon instead of bed. Futon adalah alas tidur seperti matras tebal yang bisa dilipat dan disimpan. Hal ini dilakukan untuk menyiasati karena umumnya rumah orang Jepang tidak terlalu luas. Namun, ryokan yang mahal konon sudah menggabungkan futon dengan bed sehingga lebih mewah.
Selain itu, di ryokan umumnya menyediakan yukata yang bisa kita pakai untuk tidur, tak ketinggalan slipper yang bisa kamu gunakan dan ocha yang bisa kamu nikmati di dalam kamar. Terdengar nyaman bukan?

Ryokan, hotel tradisional Jepang

Berendam di onsen

Onsen merupakan hot spring ala Jepang. Setelah beraktivitas seharian, berendam di onsen adalah salah satu cara untuk melepas penat. Jangan khawatir, bila kamu menginap di ryokan umumnya mereka punya onsen umum yang bisa kita manfaatkan. Orang Jepang sangat concern masalah kebersihan. Untuk itu sebelum berendam ke onsen, mereka membersihkan badan atau mandi terlebih dahulu, jadi masuk ke onsen sudah dalam keadaan bersih. Tertarik mencoba?

Onsen, pemandian air panas khas Jepang

Memakai kimono ala gadis Jepang

Siapa yang tak tahu kimono. Baju tradisional Jepang yang sering dipakai oleh perempuan Jepang ketika menghadiri suatu acara seperti festival atau pernikahan itu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang. Motif dan warnanya yang indah membuat orang yang memakainya terlihat lebih cantik. Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini ya saat kamu berkunjung ke Tokyo. Kamu bisa memakainya sambil berjalan-jalan di tempat wisata, lho. Tempat penyewaannya pun banyak dan mudah ditemukan dengan harga sewa sekitar 3500 JPY.

Menyeberang di Shibuya crosswalk

Kamu belum pernah ke Shibuya kalau kamu belum merasakan menyeberang bersama ratusan orang di Shibuya crosswalk :p. Sebetulnya crosswalk di Shibuya ini terdiri dari 5 zebra cross di yang memungkinkan kita menyeberang ke segala arah, jadi kalau traffic light hijau, ratusan orang akan menyeberang dalam waktu yang bersamaan. Ada sensasi tersendiri lho bergabung dan melihat begitu banyak orang berlalu lalang dari satu titik ke tempat lain.

Kalau boleh saya bilang, di Shibuya kita bisa melihat representasi mode orang Jepang. Rata-rata mereka selalu well-dressed dari ujung rambut ke ujung kuku :D.

Join the crowd di Takeshita street, Harajuku

Yang tak kalah ramai dari Shibuya adalah Takeshita street di Harajuku. Sebetulnya takeshita street adalah jalan biasa seperti gang, namun banyak anak muda yang berpakaian ala Harajuku style berlalu lalang disitu. Ditambah lagi toko pernak pernik yang memanjakan mata di sepanjang jalan membuat takeshita street terkenal di kalangan wisatawan. Yaaa, bolehlah mencoba berjalan dari ujung ke ujung di Takeshita street sambil menikmati es krim ata waffle yang banyak dijual di daerah tersebut.


Itulah 5 hal yang bisa kamu lakukan di Tokyo. Saranku, jangan terburu-buru mengunjungi banyak tempat, namun sempatkan untuk berbaur dengan budaya dan orang lokal agar kamu lebih mengenal Jepang. 

Semoga bisa menjadi inspirasi buat kamu yang ingin pergi ke Tokyo. 

[to be continue...]






Selasa, 29 November 2016

AOYAMA FLOWER MARKET TEA HOUSE

Sebetulnya saya dan Hylda sudah lama janjian pengen ke ngobrol-ngobrol cantik. Kata Hylda, kebetulan di dekat rumahnya ada tempat yang enak buat ketemu, Aoyama Flower Market Tea House. Setahu saya, Aoyama Flower Market itu toko bunga segar yang memang cukup terkenal. Saya baru tahu kalau mereka juga membuka lini bisnis cafe.



Kami janjian di Omotesando eki (stasiun) karena lokasi Aoyama Flower Market Tea House dekat sekali dengan pintu keluar stasiun. Sekitar 5 menit jalan kaki, kita sudah bisa menemukan tempatnya. Lagipula, Aoyama Flower Market Tea House ini terletak persis di dekat jalan raya, papan tulisannya pun terlihat besar dan jelas jadi tidak perlu khawatir tersesat.

FYI, lokasi Aoyama Flower Market Tea House jadi satu dengan toko bunganya yaitu Aoyama Flower Market. Dari luar memang terlihat seperti toko bunga biasa dan tidak terlihat tanda-tanda cafe atau tempat makan. Tapi, kalau kita masuk sedikit ke dalam toko bunganya, ada tempat ngobrol cantik yang cukup luas di belakang.

Waktu itu kami datang sekitar jam 4 sore dan pengunjung yang datang lumayan banyak. Demi makan cantik di Aoyama Flower Market Tea House dan udah datang jauh-jauh ke Omotesando, jangankan ngantre 30 menit, ngantre 1 jam juga rela kok kami lakukan hehehe. Setelah 30 menit berlalu seorang pegawai memanggil nama kami dan yeaaay akhirnya tiba giliran kami. Kami pun masuk dengan di antar oleh pegawainya.




Seperti yang sudah saya bilang di atas, literally kita ngobrol dan ngeteh cantik di toko bunga. Di kanan-kiri-atas-bawah semuanya ada bunga. Alhasil, tempatnya terkesan romantis banget, apalagi tempat duduk di sini sengaja di set up untuk berdua-dua. Pas banget kaya nya untuk kencan berdua dengan pacar atau ngobrol dengan sahabat.

Kalau kesini, jangan lupa memesan menu andalan mereka. Menu andalan di sini adalah teh nya. Juara menurut saya. Rasanya fresh dan menenangkan terutama menu yang kami pesan yaitu Teh Bora-Bora yang Fruit. Rasa asam manis dari buah seakan menetralisir rasa pahit dari teh itu sendiri jadi paduan yang pas.

Untuk teman ngeteh, ada beberapa pilihan snack yang tak hanya enak tapi juga cantik, seperti French Toast with Roast Apple yang saya pesan waktu itu.





Gimana? Penasaran dengan tempat ini dan pengen nyobain ngeteh cantik dikelilingi bunga-bunga?







Selasa, 01 November 2016

DJOEROE MASAK

Oktober lalu, mumpung sedang ada acara di Bandung, saya dan teman-teman angkatan sejurusan langsung membuat jadwal ketemuan dadakan. Kebetulan saya hanya punya waktu kosong 3 hari yang mana hari-hari lainnya juga sudah terisi dengan acara lain. Setelah berunding masalah tempat-dan seperti biasa saya selalu bilang bebas, seorang teman menawarkan sekaligus merekomendasikan tempat ngumpul di Djoeroe Masak, katanya sih rotinya enak. Kami semua pun langsung setuju, kedengarannya tempatnya unik.

Saya sempat juga penasaran dengan tempat ini, pasalnya selama empat tahun tinggal di Bandung belum sekali pun saya mendengar namanya, dan baru kali ini justru malah setelah lulus dan udah ngga di Bandung. Dulu waktu jaman kuliah di Bandung, tempat ngumpul langganan itu pasti ngga jauh-jauh dari BIP dan Ciwalk, soalnya deket dari kampus, bisa plus nonton pula.

Akhirnya saya minta pin point lokasi kepada teman saya.








Memang sih lokasinya bukan di tempat populer seperti Dago atau Riau, Djoeroe Masak justru berada di daerah Veteran, dekat dengan Hotel Panghegar tempat saya menginap. Jalan Veteran sendiri memang sudah ramai, hanya saja bukan tempat kongkow buat anak-anak muda khususnya mahasiswa, apalagi ngga dilewatin angkot. Mungkin dulu saya ngga kenal tempat ini karena saya anak angkot kali ya hahahaha.

Terlepas dari lokasi, tempat ini sangat shabby-chic. Dari luar memang tidak begitu terlihat, tapi begitu masuk ke dalam restoran, mata kita dimanjakan oleh nuansa pastel dari mulai dinding dan segala dekorasinya. Cantikkk.

Ada dua lantai yang cukup untuk menampung lebih dari 50 orang kira-kira, tempatnya pun luas dan nyaman banget buat ngumpul. Sayang waktu kami datang kesini, ngga ada tamu lain alias cuma rombongan kami. Tapi jadinya seperti eksklusif dan reserved khusus buat kami hahaha.

Saya menduga mungkin karena tempatnya ngga di tempat-tempat populer seperti Dago yang terkenal banyak tempat makan cantik kali ya. Padahal dari segi makanan pun lumayan enak dan bervariasi mulai dari masakan Indonesia dan barat, makanan ringat dan berat. Saya suka banget sama Milkshake strawberry-nya enak bangeetttt. Manisnya pas mirip rasa es krim strawberry kesukaan saya.

Dari segi harga ya lumayan lah ngga beda jauh banget juga dengan tempat-tempat di Bandung lain, meskipun bagi mahasiswa seperti saya masih kerasa mahal hahaha.

Anyway, tempat ini cocok banget dan saya pribadi merekomendasikan untuk didatangi, apalagi sama teman-teman cewek yang lain bisa sambil seru-seruan dan foto-foto, soalnya restorannya instagramable banget hihihi. Kaya nya semua spot pengen difoto deh saking gemesnya.

Djoeroe Masak
Jl. Veteran No.44, Kb. Pisang, Sumur Bandung, Kota Bandung




Sabtu, 15 Oktober 2016

JARANG MENULIS KARENA JARANG MEMBACA

Jujur, hal yang paling susah saya lakukan adalah konsisten. Iya dalam hal apapun. Jadi excitednya cuma di awal doang abis itu udah ilang aja.

Seperti halnya mengisi blog ini.

Saya udah meniatkan untuk rajin ngisi blog, meskipun ujung ujungnya jadi masuk draft aja. Tapi bagi saya itu ngga apa apa karena yang penting nulis. Eh, ujung ujungnya ngisi sebulan sekali aja udah syukur.

Nah ini ngga tau deh udah  berapa bulan ya saya ngga nengok halaman saya ini, saking lamanya sampai lupa hahaha.

Percaya ngga sih kalau orang yang jarang menulis itu jarang membaca? Ini hanya hipotesis asal-asalan sih, tapi kok kayanya berlaku ya di saya. Ketika saya  sering membaca, saya bisa  menemukan inspirasi baru, jadi kepikiran pengen nulis sesuatu, pokoknya ada aja selintas ide kalau saya membaca. Bisa jadi berhubungan dengan yang saya baca, bisa juga ngga. Intinya jadi tiba tiba punya ide dan punya keinginan nulis.

Nah kalau  jarang baca? Boro-boro nulis, baca aja jarang, ujung ujungnya bingung mau nulis apa, ngga ada ide lah. Kalau kita membaca, entah ya, mungkin cuma saya, seperti mentrigger diri sendiri untuk produktif juga, tidak melulu sebagai pembaca yang pasif. Sebenernya ini pesan buat diri sendiri sih untuk melakukan hal positif seperti menulis, walaupun cuma di blog.

***

Saya inget deh kata kata di pembatas buku dari gagas media (kalau tidak salah ingat)

Reading is hot

Writing is cool



PANDANGAN TENTANG BUKU ANAK-ANAK

Tidak banyak yang mengerti mengapa saya senang membeli plus membaca buku anak-anak. Sebagian ada yang mengira bahwa saya sedang persiapan dalam rangka menjadi ibu suatu hari ini. Itu juga salah satu alasannya, karena saya percaya bahwa apa yang anak baca bisa mempengaruhi perilakunya.


Kesukaan saya terhadap buku anak-anak sebenarnya sudah lama sejak sd dan berlanjut sampai masa kuliah. Dan semakin bertambah ketika saya bekerja di sebuah perusahaan penerbit buku sekolah.
Perusahaan tempat saya berkerja menerbitkan buku dari pre-K hingga perguruan tinggi. Dan menurut saya, proses pembuatan buku paling sulit adalah untuk jenjang pre-K. Setiap proses pembuatan buku memang memiliki tipe kesulitan yang beragam. Misalnya untuk jenjang perguruan tinggi, tingkat kesulitannya berada pada penguasaan materi penulis.


Nahhh, kalau pre-K itu kesulitannya unik. Maksudnya begini, misalnya kita harus bisa memikirkan apa yang dipikirkan anak umur 3-4 tahun, lalu mengonsepnya dan cara menuangkan dalam buku pun harus kreatif. Teman saya waktu itu yang mendapat project pembuatan buku pengenalan menulis untuk anak TK saja mesti bolak balik revisi sama manajer.


Tapi.....seru!


Di situlah seninya membuat buku anak-anak. Memangkas kalimat tidak perlu, memikirkan desain dan gambarnya mau bagaimana, dan memikirkan gimana cara buku tersebut bisa dimengerti oleh anak-anak dan pesan yang ingin kami sampaikan bisa sampai ke mereka.

Sesimpel mungkin!


Yang jelas, waktu membaca buku anak-anak, saya itu sambil mikir apa yang dipikirkan penulis dan apa yang ingin disampaikannya kepada anak yang membacanya.


Sampai saat ini, buku anak-anak favorit saya adalah The Giving Tree (Silverstein) untuk kategori buku cerita dan Seri Brain Quest untuk kategori pengajaran. The Giving Tree itu best banget kata saya. Mungkin saya bisa menghabiskannya dalam seperempat jam. Namun kesan yang ditinggalkn dan pesan yang disampaikan daleeeem banget, ngena banget. Sedangkan yang seri Brain Quest itu buku pengajaran yang menurut saya bisa menggali kreativitas anak pada umurnya.



Kamis, 09 Juni 2016

YAKUSHI IKE PARK MACHIDA


Ada suatu masa, saya sedang ingin menyendiri, pergi ke tempat yang tidak begitu ramai. Ingin pergi yang agak jauh tapi mikir juga biasanya setelah pulang bukannya malah fresh tapi malah capek. Saya searching-searching tempat yang dekat dengan rumah, sekitar Machida. Machida adalah kota tempat saya tinggal, ibaratnya kalau di Indonesia seperti Tangerang, Bekasi, atau Bogor.

Setelah googling, eh ternyata banyak ya taman di Machida. Saya tadinya tidak mengira di Machida ada tempat yang bisa dikunjungi selain distrik di stasiun Machida.

Saya pergi ke Yakushi Ike Park, lokasinya sekitar satu jam perjalanan dari rumah. Saat itu saya pergi sekitar jam 2 dan kira-kira tiba jam 3 di taman. Saya naik kereta ke stasiun Machida lalu ganti naik bus nomor 55 dari halte 21.

Bisa dibilang ini adalah kali pertama bagi saya muter-muter Machida. Wah, bagus juga ternyata kota Machida ini, dibalik ke-modern-annya, tetap ada sisi Jepang kuno yang masih terasa. Tak lama setelah naik, bus memasuki tempat yang super hijau, seperti masuk ke hutan. Kalau boleh saya bilang mirip dengan daerah siliwangi di Bandung, sejauh mata memandang, hijau dimana-mana, sejuk dan adem.

Beneran deh tempat ini mengingatkan saya pada Bandung, khususnya Tahura (Taman Hutan Raya). Tidak ada biaya masuk ke taman ini, dan yang paling saya suka adalah ngga begitu ramai. Mungkin karena ngga begitu terkenal di kalangan wisatawan asing.  Suara yamg terdengar hanya dari gesekan angin dan dedaunan serta gemericik air yang jernih.

Selain danau dan jembatan khas taman Jepang, tidak ada yang menonjol dari taman ini. Saya tidak peduli, karena sunyilah yang saya cari. Jadi saya berjalan-jalan mengelilingi taman sambil menghirup udara segar.

Satu waktu, seorang anak berumur sekitar 2 tahunan tiba-tiba tersenyum ke arah saya dan mengulurkan tangannya, saya bingung, antara takut menyambut tangannya namun ingin. Maklum, di Jepang interaksi dengan orang asing bukan hal yang umum. Tak apalah, pikir saya. Kemudian saya membalas uluran tangannya dan tersenyum balik. Dia mengulurkan tanganya ulang dan saya membalasnya dengan tepukan kecil. Saya tahu, orangtua anak itu mengawasi sambil ikut tersenyum kepada saya. 


Di taman ini saya menemukan kincir trandisional yang masih berfungsi. Ada pula beberapa penjual makanan dan penjaga taman yang sudah tua. Meskipun pengunjung taman ini tak terlalu banyak, tapi wajah mereka tetap tulus melayani siapa saja yang datang.

Jembatan dan danau seakan menjadi pusat dari taman ini dan dikelilingi pohon-pohon perdu khas taman Jepang. Sebelumnya, saya melihat di internet ada kuil kecil di taman ini dan maksud hati ingin ke sana, namun kaki ini sudah lelah melangkah dan ngga nemu-nemu, malah ketemunya anak-anak yang kotor-kotoran nyari kecebong di rawa. Saya jadi teringat di dekat rumah, setiap lebaran, sepupu-sepupu saya yang tinggal di kota selalu antusias untuk menangkap kecebong atau kepiting kecil. Mungkin bagi mereka seperti menangkap harta karun, atau karena hal itu bukan hal yang mereka temui setiap hari? Sore itu, kegiatan menangkap kecebong menjadi lebih penting daripada bermain game di telepon genggam atau menonton televisi.

Saya duduk di bangku kayu dekat rawa, mengamati orangtua dan anaknya yang seakan berlomba mengumpulkan kecebong sebanyak-banyaknya. Beberapa dari mereka yang beruntung mendapat udang air tawar di rawa itu. 

Hari semakin sore, dan rimbunnya pepohonan membuat tempat ini cepat gelap, saya berjalan pulang, menunggu bus 55 di halte terdekat. Omong-omong di dekat taman ini juga ad ataman tupai (squirrel). Tinggal nyebrang aja. Saya tak sempat mampir, dan memang tujuan awalnya ke sini saja. Mungkin lain kali bisa mampir.

Sabtu, 04 Juni 2016

THE BODY SHOP: DROP OF LIGHT BRIGHTENING SERUM



Kalau ada yang bilang kualitas produk perawatan wajah tidak bisa dinilai dari harga, saya angkat jempol. Setuju banget. Kadang ada produk yang mahal banget tapi efeknya gitu-gitu aja, atau ada produk yang harganya dua-puluh-ribuan, eh malah cocok. Hal itu karena kondisi kulit setiap orang berbeda. Syukur-syukur punya kulit yang pakai produk apa aja cocok. Harus diakui, menemukan produk yang sesuai dengan kulit itu memang butuh perjuangan.

Saya mau curcol sedikit ya. Dulu kalau di Indonesia, saya itu boro-boro mikir pakai produk apa, pokokya produk apapun yang di jual di dekat rumah ya itu yang dipakai, istilah kerennya produk drugstore. Kadang saya juga suka titip ibu minta dibeliin di pasar tradisional gitu. Apa aja lah yang ada, ngga milih-milih. Tapi.....karena sekarang kondisinya berbeda, tinggal di negara subtropis, kulit saya jadi agak rewel, mungkin menyesuaikan dengan iklim baru kali ya. Saya mau ngga mau jadi agak struggle nyari pelembab atau sabun yang cocok.

Jadi, lebih dari lima bulan lalu saya menggunakan SK II. Setelah lima bulan pemakaian saya memutuskan untuk berhenti. Alasannya, harganya lumayan tapi hasilnya biasa aja di kulit saya.

Akhirnya saya nyobain The Body Shop yang  Drop of Light Brightening Serum. Drop of Light adalah seri baru The Body Shop yang terdiri dari serum, toner, day cream, dan cleanser. Saya beli serumnya karena memang yang sedang saya butuhkan saat ini.

First impression saya untuk produk ini adalah baunya yang kalem khas TBS. Wanginya seperti ekstrak bunga apa gitu yang agak samar-samar. Sedangkan, teksturnya sedikit kental dan berwarna bening, ketika diaplikasikan larutannya terasa ringan di wajah dan mudah menyerap. Oh ya, cara mengaplikasikan serum ini ala saya yaitu dengan dipijat-pijat agar nutrisinya meresap sempurna ke wajah.

Setelah pemakaian sekitar 2 minggu, kulit saya terasa lebih cerah dan lumayan bisa menghalau jerawat meradang. Serum ini saya pakai setelah mandi pagi dan setelah mandi malam usai mencuci muka. Aplikatornya berebentuk pipet yang memudahkan kita untuk mengaplikasikan, selain itu juga ngga bikin boros serta ngga mudah terkontaminasi oleh bakteri. Dengan segala kelebihannya, saya pribadi sangat suka dengan produk ini.



Harganya lumayan sih memang, sekitar 5500 yen atau 550 ribu rupiah. Tapi yang jelas worth it dengan hasil yang didapat. Let's see how is the long term result work on my skin.