Senin, 29 Februari 2016

HUJAN


Kota yang megah, dengan hujan yang tenang nan indah. Bunyi kereta yang sesaat lewat telah usai, dan kini hanya bunyi hujan gerimis yang wangi dan gemuruh langit terdengar di udara. Awan tak lagi putih, dan angkasa tak lagi biru. Semua kelabu. Tak terkecuali hujan yang turun membawa cerita masa lalu.

Di stasiun, orang-orang bergegas keluar dan membuka payung. Berlindung dari hujan. Kecuali aku yang telah lama merindu rintik air yang tenang dan bau tanah yang basah.

Dulu, saat hujan turun, aku akan duduk di beranda dengan ayah. Tak lama, ibu pasti akan datang membawa sop hangat atau ubi bakar. Kami bertiga duduk termenung melihat hujan sambil membicarakannya. Ada saatnya aku melihat awan bergerak cepat ke timur dan tenggara. Dan aku akan menghambur ke ibu sambil berteriak ketika petir datang ke bumi seperti ingin membelah pohon di depan rumah kami. Atau saat mendengar bunyi gemuruh yang bunyinya seperti rumah yang runtuh.

***Hujan, yang berderai dan terurai. Pada suatu senja.

Jumat, 26 Februari 2016

REVIEW: SK-II FACIAL TREATMENT ESSENCE + STEMPOWER

Saya teringat dulu awal tahun 2012 sedang marak-maraknya tren perawatan wajah di dokter dan klinik kecantikan. Saat itu (bahkan mungkin sampai sekarang), klinik kecantikan terkenal seperti Erha dan Natasha menjadi incaran banyak mahasiswi seperti kami. Beberapa teman saya ada yang mencoba perawatan di klinik-klinik tersebut, dan memang saya akui, hasilnya sangat mengagumkan. Dari yang awalnya banyak jerawat, lama-lama wajahnya kembali normal. Dari awalnya warna kulitnya kusam, lalu berubah menjadi putih pucat. Tak lama kemudian, salon-salon kecantikan mulai menjual yang katanya ‘krim dokter’, tanpa perlu ke dokter. Alhasil, orang-orang yang krim-krim tersebut memang wajahnya semakin putih dan cerah. Saking putihnya, sampai-sampai tone warna kulit wajah dan leher beda banget, kaya pakai topeng.


Pernah terbersit kala itu ingin mencoba perawatan juga. Lagipula, saya hanya wanita biasa yang punya keinginan manusiawi, terlihat cantik dan kalau bisa, wajah cerah sebening model iklan Ponds, sama seperti wanita lain.

Setelah lama memperhatikan orang-orang yang memakai krim-krim ‘sakti’ tersebut, saya jadi berpikir. Iya kalau cocok, kalau ngga gimana? Belum juga nyoba, udah parno duluan takut wajah kenapa napa.

Ibu saya juga sempat nawarin, “Kak, kemarin Ibu ke klinik dokter ini, yang datang remaja seumuran kamu semua trus kulitnya mulus gitu. Kapan-kapan yuk ke sana” Saya menggeleng cepat.

Saya lebih suka, dan lebih nyaman gonta-ganti produk drugstore untuk perawatan wajah dibandingkan harus ke klinik dan diberi resep yang kandungan bahannya saja saya tidak yakin aman atau tidak. Kalau produk drugstore kan setidaknya sudah terdaftar POM, jadi merasa lebih aman.

Sebelum pindah ke Jepang, produk yang rutin saya pakai adalah Gizi Super Cream. Itupun setelah baca beberapa review dan lihat kandungannya. Hampir satu tahun saya menggunakan krim tersebut. Hingga pada akhirnya saya harus pindah ke Jepang.

Selama ini saya memang cocok dengan produk perawatan wajah untuk daerah tropis seperti Gizi. Sampai suatu ketika, kulit di wajah saya mengelupas saking keringnya udara. Kebetulan waktu itu awal musim dingin. Bahkan, saya tiba-tiba jerawatan, yang dulu tidak pernah satupun jerawat muncul di pipi, sekarang mulai bermunculan. Besar-besar, merah, dan banyak. Hal itu terjadi karena kulit yang dehidrasi sehingga kulit memproduksi minyak berlebih yang menyebabkan jerawat.

Saya mulai kembali berpetualang mencari produk perawatan wajah baru. Dan, di kepala terlintas satu produk, SK-II. Sebenarnya saya sudah mengincar produk ini dari lama, tapi berhubung harganya sama dengan uang jajan sebulan di Indo, akhirnya saya memuaskan diri dengan baca-baca reviewnya saja (sambal ngiler).

Akhirnya saya beli Facial Treatment Essence dan Stem Power ukuran travel size, padahal udah ngarep aja pengen beli yang limited edition hahaha.

***

Setelah pemakaian satu bulan……

Hasilnya?

Facial Treatment Essence

Well, mungkin ada yang kecewa kalau saya bilang efeknya biasa aja ke saya. Apa karena baru 1 bulan? Saya juga tidak tahu. Yang jelas, saya tidak mengalami masa-masa purging. Wajah saya juga tidak lantas jadi glowing dan bening seperti model iklan Ponds. Tapi yang jelas saya merasa kulit saya lebih sehat, lebih lembab, meskipun di musim dingin yang sangat kering seperti sekarang plus ngga ada jerawat baru yang muncul. Oh ya, demi alasan penghematan, saya memindahkan isi FTE ke botol spray agar tak perlu dituang ke kapas atau tangan. Jadi langsung semprot-semprot ke muka deh.

Stem Power

Kulit jadi lebih kenyal dan saya jadi kebiasaan lihatin muka di kaca waktu bangun tidur karena penasaran akan efeknya setelah dipakai sebagai krim malam.

Jadi, enaknya pakai atau ngga?

Kembali lagi ke persepsi masing-masing. Tapi, menurut saya ngga ada salahnya nyoba yang travel size dulu buat ngecek gimana reaksinya di kulit kamu. Setelah itu kamu bisa memutuskan untuk lanjut atau tidak :)

Selasa, 23 Februari 2016

ARASHIYAMA BAMBOO GROVE, KYOTO
















Pertengahan Februari kemarin saya pergi ke Kyoto untuk liburan, di sela-sela eksperimen di

lab yang tiada habisnya. Saya ikut student group tour yang disediakan oleh kampus. Lumayan sih, 3 hari di Kyoto termasuk makan dan tiket masuk, plus hotel dan tiket pp Shinkansen Kyoto-Tokyo hanya 15.000 yen saja! Kapan lagi coba!


Selama 3 hari tersebut, banyak tempat yang saya kunjungi, seperti kuil, pasar tradisional, kawasan Gion, dan masih banyak lagi.


Setelah berkunjung ke beberapa tempat di Kyoto, saya ternyata merasa lebih nyaman dengan tempat wisata yang bernuansa alami. Mungkin karena bagi saya pribadi, liburan itu adalah saat di mana kita bisa recharge energy sesaat.


Suasana yang tenang, udara sejuk, dan semilir angin ibarat tombol pause akan rutinitas sehari-hari yang padat dan tidak memberikan kesempatan untuk bersantai. Sering saya rindu akan momen-momen kontemplasi yang saya alami ketika saya dekat dengan alam. Untuk itu, liburan kali ini saya niatkan sebagai saat-saat untuk bersantai.


Saya pernah beberapa kali pergi ke tempat liburan yang sesak dengan orang. Seperti misalnya Sensoji temple di Asakusa. Rasanya seperti semua orang dari berbagai negara berkumpul jadi satu di tempat itu. Bayangkan, untuk berjalan saja harus empet-empetan sama banyak orang.


Liburan yang demikian sebisa mungkin saya hindari karena bukannya bikin fresh, tapi justru jadi stress. Karena kita nya tidak sempat menikmati liburan itu sendiri. Alih-alih menikmati tempatnya, kita justru ingin segera pergi dari tempat itu, menghindar dari keramaian. Iya ngga?


Arashiyama Bamboo Grove merupakan salah satu tempat favorit saya di Kyoto. Secara harfiah, Arashiyama berarti storm mount, atau windy mount. Bisa dikatakan, tempat ini saya banget, rasanya tenang ketika mendengar gesekan batang bambu yang diterpa angin dan melihat gugusan pepohonan yang menghijau.




Saya pernah membaca suatu artikel di internet yaitu tentang Places to visit before you die. Dan tempat ini masuk dalam salah satu daftar tempat yang direkomendasikan oleh penulisnya. Dan benar sekali, Arashiyama memang salah satu destiny yang unik, karena di tempat ini kita bisa berdiam, berdekapan dengan alam dan mendekap diri sendiri yang selama ini terlalu jauh dari jangkauan kita karena terlalu sibuk dengan pekerjaan yang tak ada jeda.




Sayang, bagi saya jalannya lumayan pendek, hanya beberapa belokan sudah keluar dari hutan bambu. Padahal saya masih belum puas. Rasanya ingin re-entry lagi, tapi tempat masuknya jauh, ga jadi deh hehehe.

Arashiyama Bamboo Grove ini satu kompleks sama Tenryu ji temple. Di situ kita juga bisa menikmati Japanesse garden (p.s: yang selama ini hanya bisa saya lihat via kalender). Saya juga beruntung bisa melihat plum yang mulai mekar, warnanya pink dan sekilas mirip bunga sakura. Cantik ya?

How to get there?


Dari Kyoto Station naik San-In line ke arah Sonobe, lalu turun di Saga-Arashiyama station. Waktu tempuh kurang lebih 16 menit dengan ongkos perjalanan 240 yen. Dari Saga-Arashiyama station, Arashiyama Bamboo Grove bisa dicapai dalam 18 menit jalan kaki. Kalau takut akan nyasar, mintalah peta di Kyoto station untuk panduan.

Location
4 Sagaogurayama Tabuchiyamacho, Ukyo Ward, Kyoto, Kyoto Prefecture 616-8394

Sabtu, 20 Februari 2016

A STORY ABOUT HEART



It's funny, I am a kind a person who can stand along will long time relationship. the greatest record shows I can hang on a guy are 6 months longest. I often get broke up and get up switch easily. Despite, I would cry all along after I got broke up, I realize that I can easily move on.

But now, the story is different. I have quite longtime relationship with a guy, things I've never done before, but now I did.

I first met him at 2010, back then we are new entered graduate student. Although we are live in the same city, I never met him before. Since we are in different school, up until we met in same university. I adore him since then, but he didn't notice, and I heard he was dating a girl too then. So, all I can do is nothing and keep going on living as a good college student. Sometimes (read: seldom), whilst I have free time, I go check on his facebook account to just discover what he is doing now. And I figured it out that he already broke up and date another girl. I just murmur 'oooh'.

But it was a fate I met him again, 4 years later in an occasion, that, maybe, accidentally created to make me met him. I remember, it was the time when I struggling to do experiment for my bachelor thesis. I don't have any feeling to him, for me it is like met old friend. Moreover much rumor said he such a playboy guy and many friends remind me about that. After all, not a long time ago he just broke up. So, maybe its safe for me to stay far away from him.

After that meeting, he start to approached me. He ask me to go to either dinner or go to cinema with him but I always refused. He such a stubborn guy, and I have to give applause for persistence and not easily to give up though I eschew many times.

One night when he ask me to go to cinema, as usual, I refused. But he kept asking until finally I said 'yes'. At that time I feel sorry to him because I always refuse when he invite me to go.

Long story short, we are dating, until now. Many twist and turn in our. Even now we did long distance relationship.

When I think I can believe him, I start to share my private living more. Recently I just notice that we have very different personality. I meant that, I am an A blood person, for the truth. If you guys read about A blood type personality, they are mostly matched with my personality, a person who desire stability in their life, a good planner, and so on. Moreover, I am also an introvert person that usually spend leisure time stay at home, either for cleaning home, reading old book, or just watching Conan. Whilst, he is a B blood personality person. I must say, exactly B blood type personality you read, you can found it in him. I realize tpo that he is an adventurous guy, plus an extrovert guy who always ask me to go somewhere like explore new place we haven't visited before. For me, who desire lazy time in home I refuse hahaha, and sometimes we have a little fight because of that. It was just one of dissimilarity personality of us. But, the fact is, up until now I still into him. How come? Can you guess?

I just feel happy near by him. Though I admit that the way we show love is very different. I, the person who toneless express the feeling but should always be, while the way he shows the feeling is unexpected, accidentally, and yes maybe only him can do that thing. I remember, when he pick me up after I have had job interview, he carry me to buy food I like the most, and, after he returned me to house, I waved to him as a 'good-bye' sign. Unexpectedly, he come with a fresh white rose from his back. Wow (like in the movie you know) Maybe, my cheek are blushing back then hahaha.

So, back to the question, why until now we can stand with our difference?

If, someone questioning that on me, perhaps I will say 'because inside him are match with inside me'. No matter how big the difference, since the important thing we can complete each other. I am not allow myself to change anyone, including myself. If some different opinion, we can adjust, not change our partner, nor ourselves. So, here we are. I just work with him. And, what things I learned from him is that I can be a better person. Moreover, the best one from him is, he easily cheers me up whenever I got sad, or tired.

***

Sometimes, I think what will might happen if I found someone who has many similarity with me? Same hobby, same personality, so I like finding some like, me. Could I be more happy? Maybe yes. But maybe no. Finding someone who has similarity with us, doesn't meant it will make us happier, instead lead us recognize how awful our personality are.

Yesterday was our 16 months journey.

I personally hope for lasting together, getting old together, struggling the world together.

***

Don't list yourself with qualities you want in your partner. If you fit with someone, maintain that relationship. If no, maybe you two just doesn't fit each other.


Jumat, 19 Februari 2016

TEKANAN



Hampir setengah hari saya menghabiskan waktu di laboratorium, entah untuk eksperimen, ngukur sampel, baca paper, atau ngolah data. Kalau dibilang suka riset, ya ngga suka banget, tapi hal yang saya suka dalam eksperimen adalah saya bisa menyendiri di clean room sembari menunggu reaksi sampel saya selesai.

Banyak oang mengira saya menyukai riset, atau menyukai hal-hal yang berbau riset. Nyatanya sejak kuliah S1 dulu saya masuk jurusan yang memang aktivitas utamanya riset/eksperimen, ya mau tidak mau saya mendapat label dari orang-orang sebagai anak sains yang suka ngelab.

Padahal tak jarang saya berhari-hari dibawa kesal karena tak kunjung mendapatkan hasil yang bagus, jadi saya harus mengulang eksperimen yang sama berkali-kali. Dengan tuntutan dari dosen yang terus meminta data-data-data-data, saya juga sering merasa tertekan meskipun sudah merasa melakukan hal yang maksimal.

Ketika saya mendapat hasil yang bagus saya juga merasa tertekan. Saya memang senang memuji diri sendiri, tapi saya merasa jengah kalau dipuji oleh orang lain. Padahal apa yang saya dapatkan hanyalah permainan statistik belaka. Tak ubahnya seperti melempar gelang-gelangan ke botol minuman seperti yang banyak kita jumpai di pasar malam. Dan saya secara tidak sengaja gelang yang saya lempar nyangkut di botol.

Di balik permainan statistik itu ada Tuhan, yang entah bagaimana caranya menggabungkan ketidaksengajaan menjadi sebuah keberuntungan.

Lalu coba jelaskan di bagian mana saya patut mendapat pujian.

Minggu, 07 Februari 2016

THE FIRST TIME SNOWBOARDING EXPERIENCE





Apa kata pertama yang melintas di kepala kalau kamu mendengar kata winter?

Saya yakin hampir semua orang akan menjawab salju.

Faktanya, pada musim dingin tahun ini salju hanya turun sekali di Tokyo. Sisanya? Hawa dingin dan angin yang tidak kalah dingin.

Fakta lainnya, meskipun dingin, orang-orang di sini tetap saja suka jalan-jalan. Teman-teman PPI Tokodai pun mengadakan ski bareng ke daerah Nagano (yang banyak salju) akhir Januari lalu. Awalnya saya tidak ingin ikut, karena sudah kebanyakan jalan-jalan hahahaha. Tapi setelah dibujuk teman-teman, akhirnya ikut juga.

Kami berangkat jam dua belas malam ke Nagano Ski Resort dengan menggunakan bus. Perjalanan dengan menggunakan bus memakan waktu sekitar 5 jam. Saya sendiri lumayan deg-degan dan agak takut, pasalnya beberapa hari sebelumnya ada kecelakaan bus di jalan ke arah Nagano, rute yang sama yang akan kami lewati. Ngeri kan.

Akhirnya jam 5 pagi kami tiba di hotel.

Keluar bus, dingiiiiiiiiiiiiin!

Tapi yang sekarang beda ya, dinginnya karena salju, bukan dingin angin kaya di Tokyo.

Meskipun judulnya Ski bareng PPI Tokodai, nyatanya kita juga bisa memilih snowboarding. Dibanding ski, saya memilih snowboard. Kenapa? Karena kata orang-orang yang sudah ikut, snowboard lebih mudah dari pada ski, and they were totally wrong!

Saya juga ngga tau sih apakah ski lebih mudah atau tidak, nyatanya snowboarding itu susah bangeeet. Harus punya nyali yang tinggi juga saat meluncur. Coba bayangkan, kedua kaki kita dikailkan pada papan, dan kalau jatuh berdirinya susah, ngga bisa jalan pula. Bahkan di awal-awal, buat masang ikatan kaki pada papn selunjur aja ngga bisa dong.

Kalau sudah punya pengalaman main skateboard sepertinya akan cukup membantu, soalnya snowboard emang mirip-mirip skateboard, bedanya sekarang medianya pakai salju.

Saat meluncur, kecepatan papan akan terus bertambah dan disitulah tantangannya, kita harus bisa menyeimbangkan badan. Saya sendiri, kalau kecepatan papan sudah tidak bisa terkontrol dan kira-kira sebentar lagi nabrak pohon, saya menjatuhkan diri, hehehe.

Meskipun melelahkan dan menguras tenaga serta emosi :p, tapi saya saya senang dan beruntung bisa mencoba pengalaman olahraga salju seperti snowboard, things that tropical child are craving for.

Sabtu, 06 Februari 2016

MY MOOD SWINGS SYMPTOMS



Ketika sudah mulai mengenal diri sendiri, saya baru tahu bahwa saya adalah tipikal orang yang mendefinisikan mood pada pagi hari. Karena itu, saya selalu membuat plan atau jadwal yang akan saya lakukan sepanjang hari. Tidak ada hari yang saya lewati tanpa membuat to-do-list terlebih dahulu. Menurut saya, dengan membuat daftar rencana kegiatan, saya lebih mudah membuat prioritas dan menghindari saat-saat di mana saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan. It worst!

Kenyataannya, tidak setiap rencana berjalan seperti apa yang telah saya tuliskan atau rencanakan. Seringkali, hal-hal yang tidak saya antisipasi terjadi dan itu mengacaukan agenda saya.

Ketika ada hal yang terjadi secara tiba-tiba diluar dugaan saya dan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, saya jadi tidak bersemangat lagi untuk mengerjakan apapun. Benar-benar apapun.

Tidak banyak yang tahu bahwa mood saya bisa secepat itu berubah karena hal-hal kecil. Kadang, saya juga 'melawan' diri saya sendiri ketika sedang tidak mood untuk memaksa tetap melakukan sesuatu yang setidaknya produktif,

Lama sekali saya mengalami 'up' and 'down' mood yang saya sadari hal tersebut memeberikan efek negatif pada diri saya sendiri. Kadang saya bisa sangat produktif, tanpa mengenal waktu ketika saya sedang bersemangat. Namu, tak jarang pula saya menjadi tidak produktif ketika sedang 'down' karena memang tidak ingin melakukan apa-apa.

Saya mencintai diri saya sendiri, dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Kemudian saya berusaha pelan-pelan menstabilkan mood saya agar mampu mengontrolnya. Saya mencoba terapi untuk diri saya sendiri, setidaknya tidak terlalu lama berada di posisi 'down'.

Let it be and take a break

Membiarkan mood swings terjadi memang bukan satu-satunya pilihan yang saya miliki. Tetapi saya belajar bahwa ada hal-hal yang bisa saya kontrol dan tidak bisa saya kontrol. Saya juga lah yang tahu sekali tentang diri saya sendiri dan harus diberi terapi yang bagaimana. Ketika perubahan mood dari 'up' menjadi 'down' terjadi, saya membiarkannya. Bisa sih saya tetap melanjutkan kegiatan dengan mood yang sedang tidak karuan. Tapi hal tersebut bukannya membuat mood saya membaik, justru makin buruk. Saya kemudian menjadikannya sebagai waktu untuk mengistirahatkan tubuh saya. Jadi, saya biasanya pulang untuk istiahat, atau belanja. I don't know why, but, sometimes, my mood improved when i shopping. Tapi setelah beristirahat saya langsung meminta kepada diri sendiri untuk berjanji bahwa esok harus maksimal.