Jumat, 27 Mei 2016

PALSU!

Aku lelah menunggu
Dan kau tak henti-hentinya bilang
esok ya, esok kita bertemu

Mana? 

Katanya rindu?

PALSU!

RINDU

Jika di dunia ini

laut

maut

jarak

detak

waktu

rindu

sirna

Kita tak dipisahkan oleh apa-apa

Kamis, 26 Mei 2016

PENGALAMAN BURUK DI JEPANG

Di balik kehidupan saya yang sudah mulai stabil seperti sekarang, dalam artian sudah beradaptasi dengan baik, tidak banyak yang tahu bahwa saya pernah mengalami beberapa pengalaman buruk pada masa awal-awal tinggal di Jepang. Karena tak selamanya adaptasi di tempat baru itu menyenangkan. Menantang sih iya, tapi ada kalanya slogan the struggle is real itu benar adanya.

Jadi ceritanya saya nerveous banget saat itu karena pertama kali ke luar negeri, dan akan tinggal lama pula untuk sekolah. Selama di pesawat saya nangis terus karena nervous dan takut. Ya takut jauh dari keluarga dan takut tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan di Jepang nanti. Kecapekan nangis saya akhirnya ketiduran dan saat bangun pramugari mengumumkan bahwa sekitar 30 menit lagi pesawat kami akan tiba di Tokyo.

Jam 7 pagi waktu Tokyo, pesawat mulai melandai. Penumpang dipersilakan turun dan saya pun ikut mengantri turun. Saya makin deg-degan, gimana ya nanti kalau melewati bagian imigrasi, kan saya tidak bisa Bahasa Jepang, pikir saya. Saat keluar dari pesawat, saya turun begitu saja tanpa merasa ada yang aneh, sampai saya keluar dari pesawat dan menuju bagian imigrasi, saya merasa ngga enak, seperti ada sesuatu yang kurang. Ternyata……..map saya yang berisi dokumen-dokumen penting ketinggalan di pesawat. Gawat! Saya langsung lari kembali ke pesawat. Sayangnya, saat itu semua penumpang sudah turun dan ketika saya ingin masuk, pramugari nya melarang. Saya bilang ada barang ketinggalan. Dia bertanya saya duduk di kursi nomor berapa. Saya lupa nomor kursi saya, dan parahnya tiket saya juga ada di map itu. Akhirnya saya bilang ngasal 33c, ingetnya sih di baris 32-33 gitu dan ngga hafal abcde nya. Mereka bilang ngga ada. Saya makin panik. Gila kan, tanpa passport dan visa bisa-bisa saya diindikasi imigran gelap. Tolong dong cari disebelahnya, pinta saya, berkali-kali. Saya minta ijin buat nunjukin posisi kursi saya, jadi setidaknya mereka mencari di kursi saya dan mereka tetap tidak memperbolehkan. Setelah lama menunggu akhirnya mereka bilang bahwa seluruh bagian pesawat udah dibersihkan dan tidak ada barang yang tertinggal. Saya tetap ngotot minta dicariin lagi dan lagi. Sampai seorang pramugari cantik tergopoh-gopoh membawa map hijau saya. Alhamdulillah. Parah banget kan ngga teliti banget coba. Bahkan waktu ambil bagasi, udah ngga ada orang. Pelajaran juga sih bagi saya yang sering ngga teliti ini. Sejak saat itu, saya memegang dokumen saya erat-erat.

Cerita kedua. Jadi ceritanya saya sudah punya buku tabungan dan ingin mengambil uang gitu di atm untuk pertama kalinya. Masukkan kartu sudah. Masukkan password **** SALAH, coba lagi **** SALAH LAGI. Ya ampun, masa sih aku sepelupa itu sampai password ATM aja ngga inget. Saat itu juga saya langsung pergi ke bank terdekat, dengan berbekal google translate dan kosakata yang seuprit untuk bertanya kepada petugas bank. Saya bilang ke tellernya saya lupa password (ngga lupa sih sebenernya, tapi kenapa password yg saya masukin salah). Akhirnya teller memberikan 4 nomor rahasia tersebut. Saya penasaran dong kenapa sih ini password bisa salah. Ya Tuhan…..ternyata gara2 ini toh. Tau ngga kenapa? Jadi intinya salah satu password saya itu ada angka 7 nya. Dan di Jepang itu, kalau nulis angka 7 harus ada garis tengahnya gitu lho, jadi kalau nulis angka 7 biasa dianggapnya angka 1. Intinya password saya ketuker angka 7 dan angka 1. Kata senior saya sih, sepanjang apapun kamu bikin garis yang atasnya (angka 7), tapi kalau ngga ada garis tengahnya dianggapnya angka 1. Logika macam apa ini!


Angka 7 khas Jepang

Sebetulnya masih banyak pengalaman buruk yang saya alami selama masa-masa awal beradaptasi di sini. Tapi semua itu memberikan saya pelajaran dan tantangan tersendiri sebelum masuk ke comfort zone seperti sekarang. Hal-hal tersebut akan mengingatkan saya nanti tentang Jepang.

Minggu, 22 Mei 2016

LITTLE HOLLAND IN TACHIKAWA

Salah satu alasan saya suka Showakinen Kouen adalah selain pengunjungnya tidak begitu banyak (rame sih, tapi masih masuk akal), juga tamannya dikelola dengan baik. Yah, meskipun jadinya ada biaya masuk tambahan. Musim gugur tahun lalu saya juga ke sini bareng anak-anak PPI, tapi sekarang berdua saja dengan Hylda. Kami sengaja menyewa sepeda untuk berkeliling taman. Sebetulnya tujuan utama kami adalah melihat bunga tulip. Iya, dalam rangka mengobati patah hati ditinggal bunga sakura yang sudah hilang, kami main ke little holland di Showakinen Kouen alias taman tulip. Meskipun tak seluas Keukonhof Garden di Belanda yang udah kaya karpet terbang, taman mungil yang rapi dan menyejukkan mata ini pun bagi saya lebih dari cukup. 


Selain tulip, ada juga pada bunga liar yang cantik, seperti biasa kami berjalan-jalan di taman tersebut dan saat kelelahan kami piknik kecil-kecilan di tanah lapang. 

Ceritanya kami menyewa sepeda untuk sehari penuh, namun kita sudah selesai berkeliling taman, jadi akhirnya kami berkeliling, berputar-putar mengelilingi taman lagi untuk kedua dan ketiga kalinya sampai waktu menunjukkan pukul 5, yaitu saat taman tutup.

HANAMI: CHERRY BLOSSOM VIEWING

Halo,

Tak terasa musim semi telah tiba beberapa bulan lalu tepatnya akhir maret, dan postingan ini saya akui sangat telat hehehe. Tak terasa pula sudah tiga musim saya lalui. Dari mulai sejuknya musim gugur, dinginnya musim dingin, hingga hangatnya musim semi.

Di Jepang, awal musim semi ditandai dengan mekarnya bunga sakura. Begitu dekatnya bunga sakura dengan masyarakat Jepang sampai-sampai negara ini dijuluki Negeri Sakura. Saat bunga sakura bermekaran, masyarakat Jepang mengadakan festival Hanami, (dari kata hana-bunga dan mi-melihat) yang merupakan festival untuk menyaksikan keindahan bunga sakura. Umumnya mereka piknik dengan keluarga dan teman-teman di bawah pohon sakura yang bermekaran.

Meskipun bunga sakura hanya mekar selama 2 minggu, dan 2 minggu itu pun menjadi hari-hari terindah karena di mana-mana sakura bermekaran. 
Beruntungnya, asrama saya dikelilingi pohon sakura yang tiap pagi menyapa saya sebelum pergi ke kampus. Ada pula, plum blossom (yang kata saya lebih cantik dari sakura) mekar di halaman asrama. Hanya ada satu pohon kecil, dan mekarnya pun hanya satu minggu. 

Plum Blossom
Sakura di dekat asrama
Sakura di dekat asrama

Kami para pelajar Indonesia juga ingin menyaksikan keindahan bunga sakura yang hanya bisa dinikmati setahun sekali itu di Yoyogi Park, yang merupakan salah satu spot untuk festival hanami. Saking banyaknya yang mau piknik dan demi kebagian tempat, seorang teman kami datang dari pagi buta untuk nge-tag tempat. Bahkan tetangga piknik kami ada yang datang dari malam harinya. Wow. Katanya nih, Ueno Park lebih parah ramainya. Wah, ngga kebayang deh. Sayang banget, hari itu, pas sakura lagi full bloom, cuacanya mendung, jadi foto-fotonya ngga bisa begitu bagus. Tapi percayalah, aslinya lebih cantik daripada fotonya hehehe.

Suasana di Yoyogi Park

Sabtu, 07 Mei 2016

When two side of me are fighting each other inside, it will ends up with me cry. Like this problem and I can't figured out the solving yet.
I used to tell what makes me uncomfortable to my friend, when I need their advise or just to letting go my emotion. But this time, no one I can tell a words and I feel burn inside not to know how to solve it. Not a single person.

Yes Allah, I will tell you what I truly feels and please let my heart calm not to worry not even cry at night. This time I just can't handle it and clueless like I can do but nothing.

***

Now, that I try to do Boy, is give you advise. No matter how I persuade you and give reasonable answer, that's all your choice. And I still outsider in your life who haven't right to rule.

Please be wise, be independent, you have been grown up. You are no longer a boy, instead imam-to-be. I wish you the best.

PRETENDING

Just please do not pretend,
For a smile
For the words you say,

I have been wondering why people try to give fake smile although they didn't like it. Ok maybe they try to being nice to everyone?  But really, I can't stand with people who talk nicely with me, laughing together, while they also talk about me behind.  Not to mention people who abraptly said harash word just to comment my not-so-good looking in front of many people. It is not nice at all. Instead I appreciate people who give me comment personally whenever I act clumsy, not wear make up or outfit properly or something like that.

Am I desire to be understood? I dont force people learn how to understand me, no. Because I also can't understand each people either. My point is, watch your mouth. Knife may sharper, yet mouth can make people cry withouth you touch them.

What about me?
I am a kind of woman who mean what I said. I mean that if I say it is good, it is really nice indeed. When I didnt like what my friend've done, I said to them or just keep it in quite.

Just please do not pretend,
For anything


Rabu, 04 Mei 2016

FULL OF VINTAGE SHOP IN SHIMOKITAZAWA


Lagi pengen jalan-jalan aja yang deket. Akhirnya tujuan berlabuh di Shimokitazawa, vintage shopping district rekomendasi dari Hylda. Makin pengen ke sini waktu Hylda cerita dapet baju unyu seharga 500 yen. Gimana ngga mupeng. Tempat ini juga sering menjadi tujuan belanja Andien dan Sonia Erika lho kalau lagi main ke Jepang hehehe.

Sekitar 2 stasiun dari Shibuya, tempat ini cocok banget buat yang pengen cuci mata, jalan-jalan, atau shopping cantik. Meskipun sama-sama shopping district, suasana di Shimokitazawa beda banget dengan Shibuya, Harajuku, atau Shinjuku yang selalu penuh dengan lalu lalang orang. Di Shimokitazawa lebih nyantai masuk di gang-gang kecil, banyak orang tapi ngga penuh banget, dan ngga banyak kendaraan bermotor melintas.

Shimokitazawa memang populer dengan toko-toko vintage, baru maupun bekas, yang harganya cukup affordable. Bahkan pakaian-pakaian ala vintage jaman dulu ada lho di sini, maksut hati ingin membeli yang ala-ala kostum vintage gitu, tapi ya buat apa, masa ke lab pake gaun kaya Lauren Bacall.



Daerahnya lumayan luas lho, beda banget sama Harajuku yang cuma seuprit dari ujung gang aja. Dijamin puas kalau belanja di Shimokitazawa.

Nah, tapiiiii, karena bajunya banyak yang bekas juga, jadi saya kadang-kadang udah terlanjur mual kalau masuk ke toko yang banyak baju bekasnya. Tapi ada juga kok yang bekas tapi kelihatan baru, ada juga yang memang baju baru. Semua itu tergantung kantong. Di sini harganya bervariasi dari 250 yen sampai 10.000 yen. Tinggal pilih saja mana yang sesuai.

Saya kemarin main dan shopping cantik ;p dengan teman saya Astryd. Sayang kan udah jauh-jauh ke Shimokitazawa tapi ngga belanja. Akhirnya, setelah beberapa kali keluar masuk toko kami dapat baju unyu-unyu tapi murah yeaaay. 1000 yen saja untuk 2 potong baju hehehe.

Note: Kemarin kita keluar dari Shimokitazawa station lewat pintu selatan. Padahal toko-toko yang bagus ada di kawasan pintu utara. Agak sedih gitu uangnya udah keburu abis baru nemu toko yang lucu-lucu.

KEPUTUSAN UNTUK MELANJUTKAN KULIAH...

Agustus 2014 

Jauh sebelum lulus kuliah saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah lagi. Saat itu saya terpikir untuk lanjut ke Groningen atau Twente di Belanda. Tapi saat itu saya juga masih bingung harus memulai persiapan dari mana. 

Suatu sore teman saya mengajak saya untuk melanjutkan ke Tokyo Institute of Technology (Tokyo Tech) di Jepang. Saya cukup sering mendengar kampus ini sih karena sering mengadakan seminar di kampus saya saat itu, di ITB, dan sepertinya hubungan antara Tokyo Tech dan ITB cukup baik jadi mungkin kesempatan untuk melanjutkan kuliah di sana lebih besar.

Saya mulai mempertimbangkan ajakan teman saya ini, berhubung dia juga sahabat dekat saya, setidaknya kan kalau berjuang bersama jadi ada motivasi tambahan. Saya mulai baca-baca di web kampusnya, Lihat-lihat fakultasnya. Bagus juga ya. Dan ketika saya  lihat peringkat universitasnya, saya agak kaget karena tidak menyangka Tokyo Tech masuk jajaran 50 top universitas di dunia. 

Saya makin tertarik lagi. Lalu saya mulai mencari Profesor yang mau menampung saya di labnya, mengingat sistem di Jepang mengharuskan mahasiswa memiliki supervisor terlebih dahulu sebelum melakukan admission ke universitas. Jadi saya mulai meng-email Profesor yang bidangnya saya minati, yaitu material science. Saat itu banyak email saya tidak terjawab oleh Profesor yang bersangkutan, sampai akhirnya seorang Profesor (yang sekarang menjadi supervisor saya) menjawab email saya. Alhamdulillah. Beliau bilang mau menerima saya sebagai member labnya, dan beliau ini baik banget dan supportif ketika saya tanya macam-macam. Waktu itu saya juga sekaligus mendaftar beasiswa MEXT atau Monbusho U to U (University to University). 

Tips: Jangan email ke beberapa profesor pada waktu bersamaan. It's not good, like you haven't manner. Email satu profesor dulu dan tunggu beberapa hari misalnya 3 hari sampai seminggu. Kalau belum juga ada balasan, baru email ke profesor lain. Ini untuk menghindari email terjawab oleh beberapa profesor sekaligus yang dapat menimbulkan kesan tak baik, untuk kamu sendiri dan untuk universitas kamu khususnya. 
Gimana sih cara meng-email profesor? Sejujurnya perlu skill lho untuk menulis email yang baik hahahaha, bercanda. Yang jelas, perkenalan diri seperti nama, asal universitas, jurusan, dan lain-lain yang menurut kamu perlu. Lalu, utarakan niat kamu ingin menjadi mahasiswanya, nah untuk tahap ini sebaiknya kamu cantumkan link dari mana kamu dapat informasi tentang profesor tersebut, ini untuk menunjukkan kamu telah riset tentang beliau. Jangan lupa cantumkan CV dan transkrip kalau ada. 

September - Oktober 2014

Saya lupa tepatnya bulan apa, antara September dan Oktober yang jelas. Setelah step pertama terlewati, yaitu mendapat supervisor, saya mengirim berkas-berkas untuk admission ke kampus, di Jepang. Pada bulan ini saya juga resmi lulus dari kampus tercinta dengan tepat waktu dengan hasil.....cukup memuaskan hahaha. Cukup lho ya, cukup.
Meskipun saya sudah daftar beasiswa MEXT, saya juga menyiapkan plan B dengan mendaftar LPDP. Berjaga-jaga kalau sekiranya saya tidak mendapatkan beasiswa MEXT. 

Miscellaneous: Saya ingin cerita sedikit tentang ijin kepada orang tua. Sebenarnya, orang tua saya tidak mengijinkan anaknya ini melanjutkan kuliah di luar negeri. Ibu waktu itu menyarankan lanjut di ITB saja karena Ibu sudah terlanjut suka dengan Bandung hahaha. Dasar saya kalau punya mau tetap kekeuh, saya tetap mendaftar, dan meskipun Ibu tidak setuju (dalam hati), beliau tetap suport saya saa itu.

November 2014
Salah satu syarat admission adalah wawancara (via Skype) oleh calon supervisor beserta dua profesor penguji. Saya menyiapkan list pertanyaan wawancara dan bagaimana cara menjawabnya, tapi tetap saja deg-degan. Lebih deg-degan lagi soalnya pas saya wawancara lagi hujan lebat takut kalau internetnya putus-nyambung, kan gawat ya. Akhirnya, wawancara pun dimulai, saya amazed juga bertatap muka pertama kali dengan calon supervisor saya. Wawancaranya cukup singkat kalau menurutku, ya pertanyaan standar seperti motivasi melanjutkan kuliah dan sebagainya. Saya juga ditanya beberapa teori dasar di material science seperti SEM, XRD, dan FTIR. Untung banget, saat itu masih baru lulus kuliah jadi ingatannya masih nempel, hehehe.

Desember 2014
Pengumuman LPDP keluar, dan saya tidak lolos. Orang pertama yang saya tanya adalah Ibu.
'Ibu ngedoain aku biar ngga lolos ya?'
'Iya' jawabnya ringan (as I though doa Ibu ini manjur banget dah) 
'Pantes' timpal saya.

Januari 2015
Sembari menunggu kabar kelanjutan kuliah, saya tak mau diam di kos begitu saja. Akhirnya, Januari 2015 saya diterima kerja sebagai editor buku sains untuk anak sekolah di Depok. Meskipun akhirnya saya resign 6 bulan kemudian.

Maret 2015
Ada email dari profesor saya tentang hasil admission. Saya diterima sebagai mahasiswa Tokyo Tech tapi saya tidak lolos beasiswa MEXT. Sedangkan dua teman saya yang mendaftar bersama saya mereka lolos Tokyo Tech dan MEXT sekaligus. Saat itu saya kayak nelongso banget gitu, udah LPDP ga dapet, MEXT juga ngga dapet, trus dari tiga teman yang daftar, cuma saya yang ngga lolos. Saya cuma cerita hasilnya aja ke Ibu, dan ngga cerita kalau lagi sedih dan terpukul. Tapi sepertinya beliau bisa merasakan apa yang dirasakan anaknya. Akhirnya, suatu hari Ibu bilang kalau dia rela saya sekolah lagi di Jepang. Alhamdulillah, saya merasa saat itu jalan saya mulai terbuka. 

Saya kembali bangkit setelah down beberapa kali. Saya kembali mendaftar LPDP, untuk kedua kalinya. Dan ini adalah kesempatan terakhir saya karena LPDP hanya memberikan kesempatan mendaftar 2 kali, setelah itu blacklist selama-lama-lamanya. But, just give it a try. Saya mencoba lagi, dan betul-betul menguatkan niat dan berusaha lebih serius lagi. Apalagi saat itu saya masih berstatus karyawan, jadi semua saya urus setelah pulang kerja. Di sisi lain, saya juga berusaha ikhlas kalau seandainya saya ngga lolos. Berat memang, tapi lebih baik menyiapkan mental saat kalah dari sekarang. Kadang saya juga merasa pesimis, saya ini capable ngga sih kok sampai ditolak terus. Tapi saya terus berusaha, meskipun diri yang lain juga mengingatkan akan pedihnya sebuah kegagalan.

Juni 2015
Hari itu adalah hari pengumuman hasil seleksi beasiswa LPDP. Saya sudah mantengin sejak pagi sambil menyiapkan mental kemungkinan terburuk. Sempat down websitenya karena mungkin banyak yang mengakses, dan alhamdulillah, nama saya di sana. Terima kasih Ibu doanya :) Ternyata kerja keras dan doa tidak mengkhianati. Akhirnya semua itu terbayar pada waktunya.