Rabu, 05 Desember 2018

ADHISTHANA HOTEL JOGJA

Jogja!
Udah lama banget ngga ke Jogja. Terakhir kali ke Jogja waktu rekreasi SMP kelas 3, itu berarti lebih dari sepuluh tahun lalu. Lama banget ya, hahahaha.

Selasa minggu lalu saya berkesempatan pergi ke Jogja, meskipun agendanya bukan jalan-jalan,  tapi business trip. Kalau lagi biztrip gini pasti saya yang kebagian pesan hotel dan pesawat. Senang-senang aja sih, lagipula saya sendiri pun hobi kalau searching hotel-hotel asik di web, bayarnya pinjem CC suami dulu biar gampang :D.

Kali ini, karena budget biztrip agak terbatas, saya nyari hotel yang menyesuaikan alokasi dana tapi tetep nyaman. Ketemu lah Adhistana Hotel, dari review nya sih bagus-bagus dan semua sudutnya instgrammable. Yang lebih penting, sesuai bujet. 



Kami sampai di Jogja tengah malam, dan langsung menuju hotel. Pertama kali masuk, hotelnya terasa sangat homey, bernuansa batik dan kayu lawasan khas Jogja, adem, ayem, berasa di rumah tapi lebih mewah.
Lantai kamarnya terbuat dari ubin yang semakin menambah kesan klasik ala rumah jaman dulu. Ada kolam renang juga, tapi saya ngga renang soalnya paginya mesti berangkat ke tempat tujuan utama biztrip.


Sarapannya gimana? Cukup enak menurut saya, meskipun pilihannya terbatas. But sadly, ngga ada bubur ayam dong. Padahal kalau lagi nginep di hotel, saya selalu sarapan bubur ayam. Huhu. Untungnya roasted chicken with lemon-nya mantap. Menu lainnya juga berasa banget bumbunya. OK lah.

Overall, saya puas dengan pelayanan Adhisthana Hotel. Kalau ke Jogja lagi pengen deh ngajak keluarga nginep di sini juga.

Ada yang punya rekomendasi hotel lain di Jogja dengan budget terbatas?

Senin, 12 Februari 2018

CERITA KEHAMILAN: TRIMESTER PERTAMA


PROLOG

Seminggu setelah akad nikah, saya dan suami berangkat ke Tokyo untuk menghadiri wisuda saya plus main-main. Kami sangat menikmati hari-hari kami sebagai pasangan muda dan travelling bersama. Dua minggu kemudian, tepatnya tanggal 7 oktober pagi, saya bangun dengan kepala berat. Badan terasa sangat lelah plus hidung mampet dan tenggorokan sakit. Saya ngga berpikir macam-macam, pikir saya waktu itu mungkin karena efek pergantian musim panas-gugur di Jepang.

Karena kondisi tersebut, kami memilih menjalani hari-hari dengan santai dan tidak memaksakan untuk mengunjungi tempat-tempat yang sudah menjadi whistlist kami, lagipula kami sudah mengunjungi banyak tempat selama di Kyoto minggu sebelumnya.

Saya agak heran sebenarnya, soalnya selama dua tahun tinggal di Jepang saya fine-fine aja, jarang banget sakit, paling-paling pusing kepala sebentar, lalu saya pakai tidur sebentar sudah sembuh. Nah, kali ini “flu”-nya ngga beres-beres, lebih dari 3 hari. Kami bahkan berniat untuk memajukan schedule untuk pulang karena kondisi saya yang tidak kunjung membaik.

Saya baru sadar kalau saya telat 3 hari. Bukannya ge-er atau gimana ya, tapi jadwal menstruasi saya hampir selalu tepat perhitungan saya selama ini. Jadi saya udah mikir, apa jangan-jangan saya……. hamil?

Saya dan suami tidak mau menduga-duga. Tapi saya juga berjaga-jaga tidak minum obat sembarangan, karena takut kalau beneran hamil. Jadi saya treatment dengan teh hijau hangat atau jahe hangat untuk memulihkan badan. Niat kami apa beli testpack aja sekalian biar tahu. Tapi testpack di Jepang mahal sih hahaha jadi kami menunda untuk tes kehamilan.

Singkat cerita, hari kepulangan kami ke Indonesia pun tiba. Selama di pesawat saya tersiksa banget. Secara perjalanan 7 jam kepala saya berkunang-kunang dan ingus saya naik ke kepala semakin membuat sakit. Saya susah banget buat tidur karena tak enak badan. Kalau ada tawaran minum dari pramugari yang lewat saya selalu minta teh hangat untuk saya hirup dan mengencerkan ingus.

Selama di perjalanan Surabaya-Tuban, saya semakin pusing mencium bau mobil. Memang sih kadang saya orangnya mabuk perjalanan, tapi kali ini mabuknya terus-terusan sampai kami tiba di rumah.

Esoknya saya dan suami langsung pergi ke dokter umum untuk periksa. Dokter pun meresepkan obat flu untuk saya minum. Waktu perjalanan pulang, saya minta suami untuk sekalian mampir di apotek untuk beli inhaler dan testpack. Saya langsung beli beberapa tespack berbagai merek.
Waktu saya tes, tak butuh waktu lama utuk dua garis merah terlihat jelas. Jujur perasaan saya waktu masih kaget, secara kami baru banget menikah dan kami sudah dikaruniai anak. Esoknya saya tes lagi dengan merek tespack lain, kali ini saya pakai dua. Dan benar saja, hasilnya sama, bahkan garisnya semakin jelas terlihat.

Suami sangat senang ketika saya memberitahunya, dan esoknya saya langsung diajak memeriksakan ke obgyn untuk periksa. Kehamilan saya masih berumur 4 minggu, jadi kantung kehamilannya belum kelihatan dan dokter meminta kami datang 2 minggu lagi.


FIRST TRIMESTER SYMPTHONS

Selama tiga bulan pertama banyak sekali perubahan yang saya alami, baik fisik maupun psikis. Flu yang ngga selesai-selesai tersebut ternyata permulaan saja untuk 'sakit-sakit' berikutnya. Tidak semua orang mengalami hal yang sama seperti saya, mungkin lebih parah atau justru malah sampai ngga ngerasa kalau lagi hamil. 

Sensitif bau-bau

Sejak hamil, saya paling anti banget deh sama bau yang menyengat seperti asap masakan, bau nasi goreng atau apapun yang mengandung bawang. Bahkan saya suka ngomel waktu suami memakai parfum atau deodoran. Indera penciuman saya seakan 100x lebih tajam dibandingkan sebelumnya. Untuk mengatasinya, saya selalu memakai masker kemana-mana untuk mengurangi intensitasi bau bauan tersebut.


Mual + muntah

Karena kalau ada bau sedikit saja saya bisa langsung mual dan muntah. Tidak hanya itu, kalau telat makan sedikit saja juga bisa bikin saya muntah. Makan yang ngga cocok juga muntah. Tapi di sisi lain, setelah muntah badan saya jadi lebih enakan. Waktu kapan muntah memang ngga bisa saya prediksi, makanya saya selalu membawa kantong kresek dan tisu kemana-mana. Selain itu, saat check up ke obgyn kita biasanya diberi obat anti mual jadi bisa lumayan mengobati.

Sakit kepala

Sejak dulu saya memang memiliki tekanan darah rendah. Tapi selama hamil, tekanan darah saya semakin turun dan selalu berada di angka 90/xx saat saya check up. Saking pusingnya, saya kadang susah banget buat bangun dari tidur, meskipun hanya untuk duduk. Solusinya, beristirahat saja karena memang kondisi saat hamil itu berbeda dari orang normal. Kalau bisa off sebentar dari kegiatan lain dan ada suami/keluarga yang bisa kita minta tolong.

Moody

Wah, kalau ini sih memang sudah dari dulu ya hehehehe. Tapi memang mood saat hamil itu bisa berubah drastis banget. Jadi saya bisa tiba-tiba nangis sendiri karena suatu hal kecil. Sampai suami bingung deh. Untung suami sangat pengertian dan saya bisa langsung tenang kalau dinasehatin sama suami.

Ngidam


Saya ngga tau sih sebenarnya rasanya ngidam. Tapi yang jelas ada waktu tertentu ketika saya tiba-tiba pengen bebek atau sayur bayem dan ngga mau makan makanan lain. Setelah browsing-browsing ternyata ada yang bilang kalau ngidam itu karena memang kebutuhan. Misalnya, tekanan darah saya rendah dan bayi kekurangan zat besi, secara tidak sadar tubuh kita 'meminta' asupan zat besi tersebut lewat cara ngidam.

Selasa, 06 Februari 2018

BAGAIMANA CARA KULIAH KE JEPANG?

Suatu hari, sebuah pesan masuk ke handphone saya, “Kak, gimana sih caranya kuliah ke Jepang?” Jawaban dari kalimat tersebut tidak cukup satu-dua baris, karena prosesnya panjang dan tidak mungkin saya jelaskan secara detail satu persatu melalui pesan singkat. Kemudian saya pancing kembali berharap pertanyaannya menjadi lebih spesifik. Misalnya mau kampus mana atau jurusan apa, karena persyaratan setiap universitas berbeda-beda.

Pertanyaan seperti itu, beberapa kali saya terima di ke kotak masuk saya.

Jadi, tulisan ini akan berusaha menjawab pertanyaan tersebut, mengenai proses bagaimana saya bisa kuliah di Jepang, khususnya tentang persiapan dan langkah pendaftaran kuliah di universitas Jepang yang saya lalui.

Luruskan Niat

Saya mendefinisikan niat sebagai motivasi. Ketika ada kesulitan atau hambatan dalam kuliah maupun hidup di Jepang nanti, yang kita bisa ingat lagi adalah niat kita dulu kenapa ingin kuliah di Jepang. Saat kita terpuruk karena susahnya materi kuliah atau kegagalan riset berkali-kali, hal yang bisa membangunkan kita lagi adalah niat kita sekolah di Jepang. Intinya niat itu yang menjadi pegangan kita nanti. Karena itu, sebelum memulai proses menuju ke Jepang, definisikan dan mantapkan lebih dulu niat apa yang membawamu memulai perjalanan ini.

Siapkan CV + Transkrip + Sertifikat Bahasa

Bisa dibilang, tiga dokumen di atas adalah dokumen dasar yang selalu dibutuhkan saat mendaftar kuliah. Pertama, CV dibutuhkan saat mendaftar kepada profesor. Tak jarang pula mereka akan meminta transkrip untuk melihat hasil akademik kita. Cobalah untuk membuat CV yang bagus dari segi konten maupun desain. Melalui browsing, banyak sekali contoh-contoh CV yang bisa dijadikan referensi. Sebagai bahan pertimbangan, teman-teman bisa melihat CV saya di link berikut. Semoga bisa memberikan sudut pandang baru dalam membuat CV.
Kedua, sertifikat bahasa. Untuk bisa berkuliah di Tokyo Institute of Technology, saya hanya memerlukan sertifikat Bahasa Inggris karena saya mendaftar program internasional. Namun bagi teman-teman yang mendaftar program non-internasional, ada kemungkinan universitas yang bersangkutan akan meminta sertifikat kemampuan berbahasa Jepang. Sertifikat Bahasa Inggris bisa berupa TOEFL-iBT, IELTS, maupun TOEIC. Nah, di sini lah keuntungan mendaftar di universitas Jepang. Sebagian besar universitas masih memperbolehkan TOEIC dengan skor di atas 750. Kenapa untung? Selain karena biaya tes yang murah, tingkat kesulitan TOEIC juga relatif dibawah IELTS dan TOEFL-iBT.

Cari Professor Sesuai Tema Riset

Proses pendaftaran kuliah di Jepang sedikit berbeda dengan negara lain, di mana mahasiswa harus ‘melamar’ professor di universitas yang dituju agar mau menjadi supervisor kita. Setelah mendapatkan lampu hijau dan professor tersebut mau menerima kita sebagai mahasiswa bimbingannya sebelum melanjutkan ke tahapan seleksi universitas.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengirim email kepada professor.
Terkait menulis email untuk profesor, harus kita perhatikan etika dan cara penulisan. Bagaimana pun, mereka adalah akademisi profesional. Ketika menulis email, mulailah dengan perkenalan diri, lalu jurusan dan tempat kuliah sebelumnya. Kemudian, sampaikan bagaimana teman-teman bisa mendapat email profesor tersebut. Misalnya dari websitelaboratorium (umumnya lab di Jepang memiliki website masing-masing) atau melalui seminar yang diadakan oleh universitas tersebut. Utarakan pula alasan teman-teman mengapa ingin menjadi mahasiswa di bawah bimbingan profesor tersebut. Misal, setelah melihat tema riset di lab beliau, kalian jadi tertarik dengan topik yang diteliti beliau. Bisa juga karena risetnya sesuai dengan latar belakang kalian saat kuliah S1.
Mengapa saya sarankan mencari profesor yang risetnya sesuai dengan keinginan kita? Karena kalian akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga di lab, maka pilihlah yang benar-benar sesuai dengan bidang yang kalian geluti atau minati.
Sebagai gambaran, bisa cek link berikut ini.

Ikuti Prosedur Pendaftaran Kampus

Setelah mendapat lampu hijau dari profesor, langkah selanjutnya adalah menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk pendaftaran kampus. Saat saya mendaftar, dokumen yang diperlukan meliputi sertifikat bahasa, fotokopi ijazah yang terlegalisir, research plan, dan surat rekomendasi dari fakultas (resmi berkop). Tergantung di mana kalian mendaftar, mungkin ada beberapa formulir lainnya yang perlu kalian isi. Waktu itu, saya diminta untuk mengirimkan semua berkas melalui airmail alias melalui pos. Jadi pastikan betul-betul dokumen kalian lengkap ya. Sering-sering pantau websiteuniversitas agar tidak terlewat deadline waktu pendaftaran.

Berdoa dan Minta Restu Orang Tua

Setelah semua usaha yang kalian lakukan, berdoalah dan minta restu orangtua. Ini penting sekali, karena percayalah doa orangtua itu akan sangat berarti. Sembari menunggu pengumuman, kamu bisa sibukkan melakukan hal-hal lain. Kalau saya waktu itu memilih kerja walaupun toh akhirnya 6 bulan kemudian resign. Apapun hasilnya, tetaplah bersyukur. Kalaupun gagal, bangkit dan coba kesempatan lain,entah di universitas yang sama atau berbeda. Insya Allah akan selalu ada jalan bagi siapapun yang berusaha.
Selamat menjemput cita-cita!
*Tulisan ini dimuat di indonesiamengglobal.com

Senin, 05 Februari 2018

RELAX SUNDAY IN JAKARTA: TOPAZ GUEST HOUSE


Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Mumpung saya dan suami pergi ke Jakarta weekend kemarin untuk suatu urusan, kami sekalian saja gateaway singkat di Jakarta. Alih-alih mengunjungi tempat-tempat di Jakarta, kali ini kami lagi pengen quality time dengan stay saja di penginapan. Setelah searching di Traveloka, saya menemukan satu penginapan yang cukup terjangkau dan terlihat sangat asri dan homey, yaitu Topaz Guest House. Topaz Guest House terletak di kawasan perumahan di daerah Cilandak, sehingga cocok bagi yang ingin menghabiskan akhir pekan yang jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta yang sesungguhnya.




Sabtu malam, setelah menyelesaikan urusan kami di Jakarta Utara dan check in di guest house, suami ngajak saya nonton Dilan di Plaza Blok M. Seperti biasanya, kami selalu berangkat mepet waktu nonton bioskop, alhasil kami sering ketinggalan menit-menit pertama film yang kami tonton. Berangkat setengah jam sebelum filmnya tayang adalah keputusan yang super gambilng, dengan keadaan jalanan pada Sabtu malam di Jakarta yang super macet, kami langsung pesen gojek motor untuk dua orang. Kami ngga mau ambil resiko terjebak di jalanan dan ngga jadi nonton gara-gara naik mobil. Untungnya waktu kami masuk teathre masih ada iklan yang cukup buat rehat sebentar setelah lari-lari dan ngos-ngosan. Ahhhh malam itu kami puas nonton Dilan. Meskipun awalnya saya agak sangsi dengan film tipikal romansa remaja, tapi surprisingly it was good movie instead. Recommended deh!

Hari kedua, saat kami bangun, cuaca di Jakarta pagi itu sedang mendung diiringi gerimis kecil. Pohon-pohon yang basah semakin menambah suasana gloomy nan syahdu kota Jakarta yang kontras dengan kesannya yang riuh dan sibuk. Apalagi guest house yang kami tinggali terletak di perumahan yang sejuk di kawasan Cilandak, jadi jauh dari hiruk pikuk dan keramaian. Yang terdengar hanya rintik hujan yang meneduhkan. 

Setelah itu saya memesan bubur ayam lewat go-food untuk sarapan kami berdua. Makan bubur ayam di pagi hari yang dingin-dingin sejuk serasa menghangatkan tubuh kami seketika.
Saya mengajak suami untuk makan di pantry yang letaknya langsung berhadapan dengan pemandangan kolam renang di halaman tengah Topaz guest house. Pagi itu masih sepi, tidak ada penghuni yang terlihat di public area, pikir saya mungkin mereka lebih memilih menghangat di kamar masing-masing di cuaca yang dingin.


Saya sangat menikmati momen seperti ini, di mana kami bisa menghabiskan waktu berdua dan lebih intimate. Suami pun bilang “Kayaknya kita perlu deh sesekali kaya gini (gateaway berdua)”. Saya pun mengangguk tanda setuju. Entah jauh atau dekat, entah singkat atau lama, menurut saya pasangan suami istri perlu untuk escape sebentar dari rutinitas sehari-hari yang kadang membuat kita lupa untuk sekedar ngobrol.


Pilihan saya untuk menginap di Topaz Guest House sangat tepat. Suasana nya yang nyaman dan sejuk serta jauh dari keramaian adalah salah satu poin plus dari guest house ini. Ammenitiesnya pun lengkap seperti hotel pada umumnya dan ada kolam renang yang airnya jernih bikin pengen nyebur. Dengan harga kurang lebih 325rb untuk weekend, harga tersebut sangat worth it. Yaaa, meskipun ada beberapa kekurangan seperti sprei yang menurut saya tidak sebersih dan sewangi di hotel, serta ruangan yang agak bau lembab. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut menurut saya tidak terlalu mengganggu.


Sehabis makan, teman saya Yuny berkunjung dengan suami dan anaknya, Sarah-chan. Kami memang sengaja janjian ketemu biarpun hanya sekedar updating kabar terbaru dari masing-masing. Sayangnya, karena saya lagi hamil, saya ngga bisa gendong Sarah-chan. Jadi cuma bisa main-main aja saat dia digendong ibunya. Meskipun cuma 2,5 jam ketemu dan ngobrol, sudah sangat mengobati kangen kami.

Meski kadang kita dihadapkan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, ada banyak hal lain yang bisa membuat kita untuk selalu bersyukur setiap harinya. Seperti hari ini, good husband, good day, good friend, and I feel blessed.