Selasa, 30 April 2019

SHORT MASSAGE AT NAKAMURA HOLISTIC THERAPHY TUBAN


Setelah menjadi ibu, me time menjadi hal yang sangat berharga bagi saya. Kadang, mandi yang proper tanpa buru-buru saja bisa jadi standar baru me time bagi seorang ibu.

Kali ini, saya lagi pengen me time yaitu pijet karena dari 2 minggu lalu badan saya capek banget. Tapi baru sempat pijat sekarang karena mumpung bisa pulang cepat dari kantor. 
Waktu saya pamit suami, eh dianya malah pengen ikut sekalian. Yaudah akhirnya kami berdua pergi ke Nakamura Holistic Theraphy di Jl. Basuki Rahmat Tuban. Letaknya dekat perempatan Jl. Pemuda- Jl. Lukman Hakim, dari rumah kami bahkan cuma 5 menit jalan kaki.

Waktu pertama kali masuk, suasananya tenang dan slow, ditambah wangi bunga dari aromatheraphy dan relaxing music serta gemercik air. Interiornya dibuat seperti layaknya di Jepang, dengan dominasi bambu dan kayu berwarna natural. By the way, ini ketiga kalinya kami kesini. Dan setiap pulang dari sini kami ngga pernah ngga puas. Yaaa, so far so good.  Pelayanannya ramah, tempatnya sejuk dan tenang. Pijatannya enak, bisa disesuaikan sama maunya kita. Nanti therapist-nya akan nanya, kurang atau terlalu keras?


Menu favorit kami disini adalah Bubun Setai. Alasannya, waktu terapi yang tidak terlalu lama (sejam) dan terapinya meliputi area kaki dan punggung. Bukan apa-apa, bagi kami yang sama-sama sibuk, waktu 2 jam itu terasa lama karena ini juga disempet-sempetin. Bisa-bisa kerjaan lain terbengkalai kalau ambil paket yang 2 jam. Pernah kami nyoba paket yang 1,5 jam. Itupun terasa lamaaaa banget buat kami. Istilah jawanya mblenger hahaha.




Usai dari sini, badan kami segar kembali dan siap melanjutkan aktivitas.

Rabu, 05 Desember 2018

ADHISTHANA HOTEL JOGJA

Jogja!
Udah lama banget ngga ke Jogja. Terakhir kali ke Jogja waktu rekreasi SMP kelas 3, itu berarti lebih dari sepuluh tahun lalu. Lama banget ya, hahahaha.

Selasa minggu lalu saya berkesempatan pergi ke Jogja, meskipun agendanya bukan jalan-jalan,  tapi business trip. Kalau lagi biztrip gini pasti saya yang kebagian pesan hotel dan pesawat. Senang-senang aja sih, lagipula saya sendiri pun hobi kalau searching hotel-hotel asik di web, bayarnya pinjem CC suami dulu biar gampang :D.

Kali ini, karena budget biztrip agak terbatas, saya nyari hotel yang menyesuaikan alokasi dana tapi tetep nyaman. Ketemu lah Adhistana Hotel, dari review nya sih bagus-bagus dan semua sudutnya instgrammable. Yang lebih penting, sesuai bujet. 



Kami sampai di Jogja tengah malam, dan langsung menuju hotel. Pertama kali masuk, hotelnya terasa sangat homey, bernuansa batik dan kayu lawasan khas Jogja, adem, ayem, berasa di rumah tapi lebih mewah.
Lantai kamarnya terbuat dari ubin yang semakin menambah kesan klasik ala rumah jaman dulu. Ada kolam renang juga, tapi saya ngga renang soalnya paginya mesti berangkat ke tempat tujuan utama biztrip.


Sarapannya gimana? Cukup enak menurut saya, meskipun pilihannya terbatas. But sadly, ngga ada bubur ayam dong. Padahal kalau lagi nginep di hotel, saya selalu sarapan bubur ayam. Huhu. Untungnya roasted chicken with lemon-nya mantap. Menu lainnya juga berasa banget bumbunya. OK lah.

Overall, saya puas dengan pelayanan Adhisthana Hotel. Kalau ke Jogja lagi pengen deh ngajak keluarga nginep di sini juga.

Ada yang punya rekomendasi hotel lain di Jogja dengan budget terbatas?

Senin, 12 Februari 2018

CERITA KEHAMILAN: TRIMESTER PERTAMA


PROLOG

Seminggu setelah akad nikah, saya dan suami berangkat ke Tokyo untuk menghadiri wisuda saya plus main-main. Kami sangat menikmati hari-hari kami sebagai pasangan muda dan travelling bersama. Dua minggu kemudian, tepatnya tanggal 7 oktober pagi, saya bangun dengan kepala berat. Badan terasa sangat lelah plus hidung mampet dan tenggorokan sakit. Saya ngga berpikir macam-macam, pikir saya waktu itu mungkin karena efek pergantian musim panas-gugur di Jepang.

Karena kondisi tersebut, kami memilih menjalani hari-hari dengan santai dan tidak memaksakan untuk mengunjungi tempat-tempat yang sudah menjadi whistlist kami, lagipula kami sudah mengunjungi banyak tempat selama di Kyoto minggu sebelumnya.

Saya agak heran sebenarnya, soalnya selama dua tahun tinggal di Jepang saya fine-fine aja, jarang banget sakit, paling-paling pusing kepala sebentar, lalu saya pakai tidur sebentar sudah sembuh. Nah, kali ini “flu”-nya ngga beres-beres, lebih dari 3 hari. Kami bahkan berniat untuk memajukan schedule untuk pulang karena kondisi saya yang tidak kunjung membaik.

Saya baru sadar kalau saya telat 3 hari. Bukannya ge-er atau gimana ya, tapi jadwal menstruasi saya hampir selalu tepat perhitungan saya selama ini. Jadi saya udah mikir, apa jangan-jangan saya……. hamil?

Saya dan suami tidak mau menduga-duga. Tapi saya juga berjaga-jaga tidak minum obat sembarangan, karena takut kalau beneran hamil. Jadi saya treatment dengan teh hijau hangat atau jahe hangat untuk memulihkan badan. Niat kami apa beli testpack aja sekalian biar tahu. Tapi testpack di Jepang mahal sih hahaha jadi kami menunda untuk tes kehamilan.

Singkat cerita, hari kepulangan kami ke Indonesia pun tiba. Selama di pesawat saya tersiksa banget. Secara perjalanan 7 jam kepala saya berkunang-kunang dan ingus saya naik ke kepala semakin membuat sakit. Saya susah banget buat tidur karena tak enak badan. Kalau ada tawaran minum dari pramugari yang lewat saya selalu minta teh hangat untuk saya hirup dan mengencerkan ingus.

Selama di perjalanan Surabaya-Tuban, saya semakin pusing mencium bau mobil. Memang sih kadang saya orangnya mabuk perjalanan, tapi kali ini mabuknya terus-terusan sampai kami tiba di rumah.

Esoknya saya dan suami langsung pergi ke dokter umum untuk periksa. Dokter pun meresepkan obat flu untuk saya minum. Waktu perjalanan pulang, saya minta suami untuk sekalian mampir di apotek untuk beli inhaler dan testpack. Saya langsung beli beberapa tespack berbagai merek.
Waktu saya tes, tak butuh waktu lama utuk dua garis merah terlihat jelas. Jujur perasaan saya waktu masih kaget, secara kami baru banget menikah dan kami sudah dikaruniai anak. Esoknya saya tes lagi dengan merek tespack lain, kali ini saya pakai dua. Dan benar saja, hasilnya sama, bahkan garisnya semakin jelas terlihat.

Suami sangat senang ketika saya memberitahunya, dan esoknya saya langsung diajak memeriksakan ke obgyn untuk periksa. Kehamilan saya masih berumur 4 minggu, jadi kantung kehamilannya belum kelihatan dan dokter meminta kami datang 2 minggu lagi.


FIRST TRIMESTER SYMPTHONS

Selama tiga bulan pertama banyak sekali perubahan yang saya alami, baik fisik maupun psikis. Flu yang ngga selesai-selesai tersebut ternyata permulaan saja untuk 'sakit-sakit' berikutnya. Tidak semua orang mengalami hal yang sama seperti saya, mungkin lebih parah atau justru malah sampai ngga ngerasa kalau lagi hamil. 

Sensitif bau-bau

Sejak hamil, saya paling anti banget deh sama bau yang menyengat seperti asap masakan, bau nasi goreng atau apapun yang mengandung bawang. Bahkan saya suka ngomel waktu suami memakai parfum atau deodoran. Indera penciuman saya seakan 100x lebih tajam dibandingkan sebelumnya. Untuk mengatasinya, saya selalu memakai masker kemana-mana untuk mengurangi intensitasi bau bauan tersebut.


Mual + muntah

Karena kalau ada bau sedikit saja saya bisa langsung mual dan muntah. Tidak hanya itu, kalau telat makan sedikit saja juga bisa bikin saya muntah. Makan yang ngga cocok juga muntah. Tapi di sisi lain, setelah muntah badan saya jadi lebih enakan. Waktu kapan muntah memang ngga bisa saya prediksi, makanya saya selalu membawa kantong kresek dan tisu kemana-mana. Selain itu, saat check up ke obgyn kita biasanya diberi obat anti mual jadi bisa lumayan mengobati.

Sakit kepala

Sejak dulu saya memang memiliki tekanan darah rendah. Tapi selama hamil, tekanan darah saya semakin turun dan selalu berada di angka 90/xx saat saya check up. Saking pusingnya, saya kadang susah banget buat bangun dari tidur, meskipun hanya untuk duduk. Solusinya, beristirahat saja karena memang kondisi saat hamil itu berbeda dari orang normal. Kalau bisa off sebentar dari kegiatan lain dan ada suami/keluarga yang bisa kita minta tolong.

Moody

Wah, kalau ini sih memang sudah dari dulu ya hehehehe. Tapi memang mood saat hamil itu bisa berubah drastis banget. Jadi saya bisa tiba-tiba nangis sendiri karena suatu hal kecil. Sampai suami bingung deh. Untung suami sangat pengertian dan saya bisa langsung tenang kalau dinasehatin sama suami.

Ngidam


Saya ngga tau sih sebenarnya rasanya ngidam. Tapi yang jelas ada waktu tertentu ketika saya tiba-tiba pengen bebek atau sayur bayem dan ngga mau makan makanan lain. Setelah browsing-browsing ternyata ada yang bilang kalau ngidam itu karena memang kebutuhan. Misalnya, tekanan darah saya rendah dan bayi kekurangan zat besi, secara tidak sadar tubuh kita 'meminta' asupan zat besi tersebut lewat cara ngidam.

Selasa, 06 Februari 2018

BAGAIMANA CARA KULIAH KE JEPANG?

Suatu hari, sebuah pesan masuk ke handphone saya, “Kak, gimana sih caranya kuliah ke Jepang?” Jawaban dari kalimat tersebut tidak cukup satu-dua baris, karena prosesnya panjang dan tidak mungkin saya jelaskan secara detail satu persatu melalui pesan singkat. Kemudian saya pancing kembali berharap pertanyaannya menjadi lebih spesifik. Misalnya mau kampus mana atau jurusan apa, karena persyaratan setiap universitas berbeda-beda.

Pertanyaan seperti itu, beberapa kali saya terima di ke kotak masuk saya.

Jadi, tulisan ini akan berusaha menjawab pertanyaan tersebut, mengenai proses bagaimana saya bisa kuliah di Jepang, khususnya tentang persiapan dan langkah pendaftaran kuliah di universitas Jepang yang saya lalui.

Luruskan Niat

Saya mendefinisikan niat sebagai motivasi. Ketika ada kesulitan atau hambatan dalam kuliah maupun hidup di Jepang nanti, yang kita bisa ingat lagi adalah niat kita dulu kenapa ingin kuliah di Jepang. Saat kita terpuruk karena susahnya materi kuliah atau kegagalan riset berkali-kali, hal yang bisa membangunkan kita lagi adalah niat kita sekolah di Jepang. Intinya niat itu yang menjadi pegangan kita nanti. Karena itu, sebelum memulai proses menuju ke Jepang, definisikan dan mantapkan lebih dulu niat apa yang membawamu memulai perjalanan ini.

Siapkan CV + Transkrip + Sertifikat Bahasa

Bisa dibilang, tiga dokumen di atas adalah dokumen dasar yang selalu dibutuhkan saat mendaftar kuliah. Pertama, CV dibutuhkan saat mendaftar kepada profesor. Tak jarang pula mereka akan meminta transkrip untuk melihat hasil akademik kita. Cobalah untuk membuat CV yang bagus dari segi konten maupun desain. Melalui browsing, banyak sekali contoh-contoh CV yang bisa dijadikan referensi. Sebagai bahan pertimbangan, teman-teman bisa melihat CV saya di link berikut. Semoga bisa memberikan sudut pandang baru dalam membuat CV.
Kedua, sertifikat bahasa. Untuk bisa berkuliah di Tokyo Institute of Technology, saya hanya memerlukan sertifikat Bahasa Inggris karena saya mendaftar program internasional. Namun bagi teman-teman yang mendaftar program non-internasional, ada kemungkinan universitas yang bersangkutan akan meminta sertifikat kemampuan berbahasa Jepang. Sertifikat Bahasa Inggris bisa berupa TOEFL-iBT, IELTS, maupun TOEIC. Nah, di sini lah keuntungan mendaftar di universitas Jepang. Sebagian besar universitas masih memperbolehkan TOEIC dengan skor di atas 750. Kenapa untung? Selain karena biaya tes yang murah, tingkat kesulitan TOEIC juga relatif dibawah IELTS dan TOEFL-iBT.

Cari Professor Sesuai Tema Riset

Proses pendaftaran kuliah di Jepang sedikit berbeda dengan negara lain, di mana mahasiswa harus ‘melamar’ professor di universitas yang dituju agar mau menjadi supervisor kita. Setelah mendapatkan lampu hijau dan professor tersebut mau menerima kita sebagai mahasiswa bimbingannya sebelum melanjutkan ke tahapan seleksi universitas.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengirim email kepada professor.
Terkait menulis email untuk profesor, harus kita perhatikan etika dan cara penulisan. Bagaimana pun, mereka adalah akademisi profesional. Ketika menulis email, mulailah dengan perkenalan diri, lalu jurusan dan tempat kuliah sebelumnya. Kemudian, sampaikan bagaimana teman-teman bisa mendapat email profesor tersebut. Misalnya dari websitelaboratorium (umumnya lab di Jepang memiliki website masing-masing) atau melalui seminar yang diadakan oleh universitas tersebut. Utarakan pula alasan teman-teman mengapa ingin menjadi mahasiswa di bawah bimbingan profesor tersebut. Misal, setelah melihat tema riset di lab beliau, kalian jadi tertarik dengan topik yang diteliti beliau. Bisa juga karena risetnya sesuai dengan latar belakang kalian saat kuliah S1.
Mengapa saya sarankan mencari profesor yang risetnya sesuai dengan keinginan kita? Karena kalian akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga di lab, maka pilihlah yang benar-benar sesuai dengan bidang yang kalian geluti atau minati.
Sebagai gambaran, bisa cek link berikut ini.

Ikuti Prosedur Pendaftaran Kampus

Setelah mendapat lampu hijau dari profesor, langkah selanjutnya adalah menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk pendaftaran kampus. Saat saya mendaftar, dokumen yang diperlukan meliputi sertifikat bahasa, fotokopi ijazah yang terlegalisir, research plan, dan surat rekomendasi dari fakultas (resmi berkop). Tergantung di mana kalian mendaftar, mungkin ada beberapa formulir lainnya yang perlu kalian isi. Waktu itu, saya diminta untuk mengirimkan semua berkas melalui airmail alias melalui pos. Jadi pastikan betul-betul dokumen kalian lengkap ya. Sering-sering pantau websiteuniversitas agar tidak terlewat deadline waktu pendaftaran.

Berdoa dan Minta Restu Orang Tua

Setelah semua usaha yang kalian lakukan, berdoalah dan minta restu orangtua. Ini penting sekali, karena percayalah doa orangtua itu akan sangat berarti. Sembari menunggu pengumuman, kamu bisa sibukkan melakukan hal-hal lain. Kalau saya waktu itu memilih kerja walaupun toh akhirnya 6 bulan kemudian resign. Apapun hasilnya, tetaplah bersyukur. Kalaupun gagal, bangkit dan coba kesempatan lain,entah di universitas yang sama atau berbeda. Insya Allah akan selalu ada jalan bagi siapapun yang berusaha.
Selamat menjemput cita-cita!
*Tulisan ini dimuat di indonesiamengglobal.com