Rabu, 01 Agustus 2012

PANDORA DI KOTA SERIBU GOA


Bus yang hendak membawa saya pulang ke Tuban mendadak berhenti karena macet. Tepat di perbatasan antara Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban, sekaligus perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beberapa meter di depan, sepasang patung kuda Ronggolawe tengah menyambut kedatangan saya di kampung halaman.
Sembari menunggu giliran bus berjalan, saya mengalihkan pandang mata ke luar. Di balik kaca jendela, saya menangkap semburat cahaya keemasan matahari menyapu dinding-dinding lautan. Daun-daun dan rerumputan bergesekan pelan ketika saya tak mampu mendengar sekawanan burung berciut-ciutan di luar sana. Semua pemandangan itu seperti lukisan hidup di balik bingkai kaca, hanya tanpa suara.



Beberapa saat kemudian, bus melaju, ombak sesekali menyapu bibir pantai.
Bagi orang lain, mungkin berwisata di kota Tuban menjadi daftar kesekian, bisa jadi malah tidak ada di daftar tujuan wisata mereka. Mengenanya, saya teringat sesuatu, semasa kecil saya pun pernah beranggapan demikian. Bukan namanya rekreasi kalau belum ke tempat yang famous dan sering dikunjungi orang-orang. Dan sungguh dengan menyesal saya ingin mencabut benih pemikiran yang sempat ada di kepala saya tersebut.
Kota ini tidak hanya mempunyai pantai dengan nyiur kelapa dan barisan bakau yang memukau, melainkan juga ‘terowongan bawah tanah’ yang membuat Anda tertegun. Sebut saja Goa Akbar yang merupakan salah satu objek wisata andalan. Goa ini terletak di bawah pasar Tuban, dan dengan panjang 1,2 kilometer Goa ini dapat mengajak Anda berpetualang di masa lampau. Di dalamnya banyak terdapat stalaktik dan stalagmite yang menggantung di atap goa serta sumber mata air.

Seperti julukannya, kota seribu goa, Tuban tak hanya memiliki goa akbar. Sekitar 30 km dari goa akbar, terdapat goa ngerong yang berada di Kecamatan Rengel. Bedanya, Anda tidak dapat menyusuri goa secara langsung seperti di goa akbar. Karena di dalam goa adalah sungai. Yang khas dari goa ngerong adalah banyaknya kelelawar yang hinggap di mulut goa, sehingga kadnag-kadang menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, pada sungai yang mengalir juga banyak ikan-ikan yang konon bagi masyarakat setempat dianggap ikan jelmaan dan tidak boleh diambil.  







Dari Rengel, kita berjalan lagi sekitar 40 km kearah Kecamatan Montong. Goa yang satu ini baru ditemukan beberapa tahun lalu, meski demikian tak bisa menyembunyikan keindahan alaminya. Goa Putri Asih, disebut demikian karena stalaktit dan stalakmitnya menyerupai selendang seorang puteri. Keindahan goa ini tak kalah dengan goa akbar dan goa ngerong, bahkan bisa dikatan lebih indah karena kealamian batuannya, khas pegunungan kapur seperti kota Tuban.
Tak sadar, saya sudah di depan rumah. Saya menghirup udara dalam-dalam, sedikit kering namun ada setitik yang menyejukkan ketika berada lagi di kota yang membesarkan saya. Saya bahagia dilahirkan di kota ini yang tak hanya punya keindahan pantai tetapi juga pegunungan kapur yang menyuguhkan goa yang cantik.
Bagi Anda para petualang dan pecinta negeri, cobalah sesekali kunjungi kota yang menyuguhkan pemandangan alam yang berbeda seperti Tuban. Menjadi bagian dari petualangan menyusuri pengalaman yang berbeda.