Rabu, 27 Februari 2013

KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO

Saya sudah pernah mendengar nama saprdi djoko damono. tapi baru kali ini saya kenalan dengan karya2nya. sajak sajaknya bagus. tidak berlebihan dan halus. salah satu sajaknya yang saya suka adalah:

/
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
/

secara penuturan, saya pikir ada kemiripan antara karya goenawan mohammad dn sapardi djoko damono. kedua penulis sama sama menganggap penting irama dan diksi. meski katakata yang dipadukan juga tidak berlebihan.
makna puisinya juga dalam.

apapun itu yang ada dibalik pembuatannya, salut deh sama karya mereka berdua.

Jumat, 22 Februari 2013

MANUAL ATAU DIGITAL?

Jadi cerita ini berawal dari : Saya adalah tipe mahasiswa yang tidak begitu suka membawa banyak beban. Beban ini maksudnya secara harfian maupun pengertian, beban pikiran maupun pundak. Dalam satu hari paling tidak ada 2,3,4 mata kuliah yang masing-masing textbook-nya tebelnya setebel bantal. Belum lagi tetEk bengek perlengkapan selama di kampus. Mulai dari botol minum, binder, kotak pensil, payung, buku catatan kecil, laptop(sesekali aja kalau ada tugas) dan sebagainya dan sebagainya. Perlu diketahui, tas yang saya gunakan ke kampus adalah tas punggung mungil yang lebih cocok dipakai jalan-jalan daripada kuliah.

Sedangkan buku yang harus dibawa segitu banyak. Tidak setimpal kan? Makanya saat itu saya beranikan minta ke orang tua tab kecil. Yah seengganya saya ngga perlu bawa beban sekian kilogram buku referensi, cukup beberapa tab yang beberapa gram aja. Lagian, saya pikir saya tidak perlu membawa buku catatan kecil saya segala. Kan sudah ada kalender digital dan memo yang disediakan pada aplikasi tab. Lebih praktis, pikir saya.

Beberapa hari saya setelah ada catatan digital  itu saya mulai menyesuaikan diri. Nulis-nulis cataatn kecil gitu. Semacam things to do, to do list, the duties dsb. Tapi, lama-lama saya jadi kangen sama buku saya itu, yang mungil dan imut, bisa dicoret-coret pakai spidol atau ditempel post it. Ternyata meski praktis dan canggih, saya masih menyukai hal-hal manual yang keberadaannya ngga bisa digantikan sama alat digital. Saya ngga bisa gambar emot lucu atau nulis dengan berbagai macam warna atau gaya.

Sejak itu saya tetap membawa 'buku hutang' saya (karena mirip buku-buku yang digunakan pembukuan hutang pada tukang kredit) ke mana-mana. Meski tidak melupakan tab digital.
Terus gunanya beli tab apa?
Ya buat keperluan kuliah, baca ebook dimana saja. Download ebook dimana saja ngga perlu repot bawa laptop. Dan tentunya mengetik karena di dalamnya ada aplikasi microsoft office.







THE NIGHT ROAD

-->

Dear there
This road will not takE  a long time
It will be stopped when the moon are left in the cloud
And also leave us to folded each other arms
Without fighting a meaning
Without changing colour

Cause
The black will forever dark
And the  daylight will forever bright

Tomorrow
The sun will curdle in its daylight
So you have to joy of it
Here I just can let the life flows
That stumbling  or approaching with its silent
And settling
And you dont need to know
I dissolved with daylight

Dear there
This road will be end soon
After night melting with the morning
Be the dew
Be the narrow
After night broken off
Gone...broken....gone

Kamis, 21 Februari 2013

MOVIE (FROM BOOK) REVIEW: RECTOVERSO


Sebelum cerita ini divisualkan menjadi film, saya sudah berulang kali membaca bukunya. Dan anehnya tidak bikin bosan. Saya justru ingin membacanya lagi, mengulangnya kembali. Agar bisa menyusup sebentar di sela-sela ceritanya kemudian hanyut dalam kisahnya.

Ketika cerita ini difilmkan saya jadi ingin nonton. Saya ingin melihat imajinasi penulis, apakah memang seperti yang selama ini saya bayangkan?

Jadi, tadi malam saya putuskan menonton filmnya bareng sahabat-sahabat saya usai les.

Rectoverso the movie mengangkat 5 cerita dari bukunya. Hanya Isyarat, Curhat Buat Sahabat, Firasat, Malaikat Juga Tahu, Dan Cicak di Dinding. Pengambilan cerita yang hanya 5(cerita di buku berjumlah 11) mungkin berdasarkan layak tidaknya cerita itu divisualkan. Bahasa tulisan kan memang jelas berbeda jadi sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa visual.

Lanjut lagi. Dari kelima cerita tersebut yang paling saya jagokan adalah Malaikat Juga Tahu. Akting Lukman Sardi yang berperan sebagai abang keren banget. Dari situ saya menangkap pesan(yang sama dengan di buku) bahwa yang dapat membuat normal hidup Abang hanya 101 : 100 kotak sabun dan Leia(nama wanita yang dicintai Abang). Sampai pada akhirnya Abang menemukan bahwa syarat hidupnya hilang satu(yakni Leia) karena ia memutuskan untuk pindah kosan. Akfting paling keren adalah saat Abang tahu bahwa Leia sudah tak tinggal di situ lagi. Mendadak dunianya gempar. Hidupnya tak lagi utuh. Ngga berhenti sampai disitu, suatu kali Leia menemukan amplop berwarna cokelat yang bertuliskan :
Seratus itu sempurna, kamu itu seratus satu lebih dari sempurna.

Cerita yang lain saya pikir biasa saja. Endingnya datar gitu. Dan yang bikin ngga bagus adalah adegan begituan Saras dan Andre di Cicak di Dinding. Ngga perlu dan ngga penting. Beda banget sama cerita versi buku. Buat Firasat, endingnya juga ngga sesuai, si ceweknya ketabrak mobil(dan diasumsikan meninggal), tapi lumayan bagus. Soalnya mungkin pikiran sutradaranya kalau yang mati cowoknya udah klise karena udah tertebak di awal saat ceweknya bilang "Jangan pergi. dan Meninggal".

Curhat buat Sahabat lumayan bagus. Saya kira endingnya Amanda akan cerita tentang hal menyedihkan atau gimana gitu. Tapi ternyata Amanda menyadari bahwa "Seseorang yang akan membawakannya segelas air putih ada di depannya."

Sabtu, 09 Februari 2013

Jumat, 08 Februari 2013

NYALI

Apa yang bisa kau dengar dari
optimisme cuaca?

Barangkali seperti hari yang menunggu gelap
Barangkali hanya matahari yang terpanggang menunggu lenyap


Sebelum aku ditemukan
belajarlah berhenti dalam jeda
misalkan pada mentega
yang sayup-sayup hanyut dalam kudapan

Atau pada suara rokok kretekmu
yang mengendap-endap
tak percaya sambil terus
meniti nyali

begitulah harusnya kau belajar





Kamis, 07 Februari 2013

LABEL

Untuk semua kebersamaan dan kehangatan, kali ini tidak perlu label.
Sebut saja hubungan ini tidak bernama, tidak ada yang punya
Dan aku cukup tahu engkau selalu ada
Tidak butuh pertanda
atau embel-embel


PENONTON

Hari ini aku cuma ingin jadi penonton. duduk manis di sudut yang gelap dan tak terlihat. Menikmati adegan sambil sekali-sekali bergumam "yahh" atau "wow" atau komentar tidak penting "kok mau sih?" dan semacamnya.

Aku tahu tak akan ada orang yang mau ambil peduli tentang keberadaanku, sang penonton. Yang hadir, mungkin hanya sebagai pelengkap.

Sedang di depan sana, di sebuah maha panggung yang mewah dan tempat sandiwara, sang aktor menjadi artis nomor satu. Dia yang ditunggu-tunguu. Ceritanya yang dinanti-nanti, sandiwaranya yang memukau.

Aku hadir ke sini, hanya untuk menjadi penonton. Entah penting atau tidak, setidaknya aku menyimak.

Senin, 04 Februari 2013

RADIUS

Hujan berdiri tepat di belakang radius
seolah ingin mengatakan
tak perlu terlalu erat untuk
bisa mendekat

Dalam radius orang-orang kebingungan
antara menggandeng maut atau
memulai perkelahian
"tetap di sana" kataku
kamu nakal
matamu berkelana
dan tanganmu mulai berisik
"aku mau di sana. jadi bagian cerita"

aku enggan bertiup
untuk sekedar memberimu jawaban