Minggu, 27 April 2014

TENTANG JOKPIN



Membaca untaian puisi Joko Pinurbo membuat saya ingin tertawa tapi agak mikir juga.
Puisi-puisinya unik, ironi-ironi yang sempat-sempatnya disematkan di baris tengah maupun akhir ternyata mampu menyentuh titik metafor yang sederhana namun sarat makna.
Buku "Baju Bulan" merupakan sarana pertama yang memperkenalkan saya dengan Jokpin.
Karakter Jokpin sungguh kelihatan di bait-baitnya yang tanpa basi-basi mengutarakan isi puisi.
Saya rasa tiap penyair punya cara bertutur masing-masing, sangat berbeda dengan Goenawan Mohammad dan Sapardi tentunya, Jokpin barangkali bukan tipe yang mendayu-dayu meski tetap memikirkan rima di penutupan atau saat saat tertentu yang ia kira tepat.

Sebagai gambaran saya kutipkan beberapa penggal puisinya :

Kepada Uang :
....
sabar ya, aku harus menabung dulu.
menabung laparmu, menabung mimpimu.
mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu

Telepon Tengah Malam :
....
"Ini Ibu, Nak. Apa kabar?"
"Ibu!Ibu di mana?"
"Di dalam."
"Di dalam telepon?"
"Di dalam sakitmu"

Bagi yang sedang mencari referensi bacaan akhir pekan, buku Baju Bulan bisa dicicipi dan dijadikan inspirasi.

Jumat, 25 April 2014

OBSCURE

Aku terbangun ketika gedung-gedung penuh dengan peluru
kusembunyikan mata yang mengerjap
di kanan dan kiri,
kusimpan pola-pola
agar kau tak cemas

Usai gerimis yang gemetaran
kau menyebut namaku
seperti menyebut nafas, pendek
dan berdenyut, bersahut-sahut

Kemarin akan menjadi sejarah, Sayang
percuma kau meneriakkan suara
yang akhirnya melayang-layang
dan udara akan menguapkannya
mengapa kau tak cukup diam saja
dan merapal namaku?

Aku tak punya oleh-oleh untuk menyambutmu

Aku hanya ingin tidur lagi, pura-pura berlayar dalam mimpi
di kolong gedung yang tertembus peluru itu
dan kau tak perlu cemas


BOOK REVIEW : ENRICO DAN EVOLUSI

Lewat roman sejarah yang hadir di tengah kemunculan novel roman misteri ini, Ayu Utami  ingin mengajak pembaca untuk memaknai ulang sejarah Indonesia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi sengaja dihadirkan dalam fragmen personal lewat sosok "aku"(Enrico) yang seolah mewakili pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pada bab pertama, diceritakan bahwa kelahiran Enrico, seperti halnya pecahnya revolusi tersebut merupakan hal yang sia-sia.
"Bentukku meramalkan bentuk revolusi bagi ayahku. Sebuah revolusi dengan kaki-kaki kurus...aku lahir bersamaan dengan revolusi berkaki ringkih"
Namun, meskipun revolusi hadir dalam wujud yang berkaki kurus, ia lahir dari seorang ibu yang tangguh namun anggun. Sosok ibu diceritakan melalui sudut pandang anak laki-laki(Enrico).Di situ, Enrico berusaha untuk menjadi anak yang baik di mata ibunya. Seiring bergantinya periode, Enrico remaja mendapatkan kekecewaan ibu terhadap dirinya yang sudah bertransformasi menjadi anak yang nakal, namun justru di titik itu Enrico belajar akan sesuatu. Menjadi manusia dewasa dan menjadi pribadi yang merdeka.


Buku ini terdiri dari Tiga bab besar yakni : Cinta Pertama, Patah Hati, dan Cinta Terakhir? Ayu Utami dengan lugas menceritakan sesuatu melalui karakter-karakter yang ia ciptakan seperti Enrico dan melalui beberapa babak kehidupan yang dilalui Enrico dia juga ingin berkisah tentang tiga babak penting dalam sejarah nasional seperti era awal kemerdekaan, orde baru, serta reformasi. Ada penghubung antara peristiwa nyata dan cerita fiksi berhasil ia bangun, yaitu pemahaman dan pemaknaan akan sejarah.