Selasa, 29 Desember 2015

SHINJUKUGYOEN RAMEN OUKA



 


Winter break gini, rata-rata orang pada liburan ke luar Tokyo, kaya Shirakawago, Kyoto, bahkan ada temen yang sampe pergi ke Hokkaido. Tapi, aku justru malah malas kemana-mana, pasalnya udah kebayang capeknya setelah pergi jauh-jauh di liburan yang cuma sebentar ini. Lagian, aku udah berencana ke Kyoto pertengahan Januari dan Februari tahun depan. Akhir Januari, aku juga bakal ikut ski PPI Tokodai. Jadi, dipikir-pikir aku udah banyak rencana liburan.

Buat aku pribadi, liburan itu sebenernya sederhana. Di rumah pun bisa liburan, asal bisa recharge energi agar lebih fresh. Jadi sejak senin kemarin, aku ngga pergi kemana-mana, yang ada di dorm aja males-malesan haha. Tapi, di dorm seharian lama-lama bosen juga sih. Akhirnya aku dapat inspirasi setelah nonton Demen Makan di TV yang sedang ngebahas Mie Akhirat di Surabaya. Nonton tayangannya aja udah bikin ngiler, apalagi tahu kalau si Mie Akhirat yang dipesen pembawa acaranya pake cabe 50 biji! Aku nonton TV sambil nelen ludah dong hahaha.

Langsung deh aku pergi nyari pedes-pedesan, apalagi kalau bukan ramen. Sebenernya, aku udah ada rencana mau makan ramen sama temen di hari sebelumnya. Tapi karena aku capek banget habis daurah, jadi temenku pergi sendiri hehehe.

Ramen adalah makanan favorit aku di Jepang. Soalnya kaya akan bumbu jadi masih terasa enak dan ngga hambar-hambar banget kaya sushi atau makanan yang lain. Nah, kali ini ramen yang aku datangin udah bersertifikat halal lho. Jadi, tidak perlu khawatir akan komposisinya.

Nama ramennya adalah Ramen Ouka. Bisa dijangkau dari stasiun terdekat yaitu stasiun Shinjukugyoen Mae. Dapat tips dari teman yang kemarin datang, saat nyari lokasi pake Google Maps, sebaiknya gunakan '1 Chome 11-7 Shinjuku'. Pin point nya pas banget di Ramen Ouka.

Waktu nyocokin tempat nya sama foto di Google, aku sempet ragu sih. Lalu pas aku deketin tempatnya dan melihat tulisan 'halal' di dekat pintu masuk, aku berkata dalam hati "ini nih tempatnya!"

Langsung deh aku pesen spicy ramen yang small. Harganya 1200yen. Itu udah termasuk nasi, ramen, sidedish berupa ayam, telur, dan jagung muda, dessert, air, dan organic ocha.

Ramennya pedesss. Lumayan, sampe bikin meler. Ngga ada isi apa-apa sih ramennya , cuma mie sama aja sama ada kaya krim dari putih telur gitu di atasnya. Wajar menurutku, karena sidedishnya udah banyak. Rasanya? Enak banget! Apalagi ditambah potongan ayam panggangnya. Hmmm.

Waktu aku udah mau beres makan, mbak-mbaknya ngasih aku dessert. Awalnya kukira manju, tapi disendokin terus kok ngga ketemu kacang merahnya ya hahaha. Apapun namanya yang jelas cocok banget dimakan setelah ramen, rasanya manis dan agak sedikit asem.

Ngomong-ngomong soal organic ochanya, for the truth aku baru sekali minum minuman yang wanginya kaya gini. Seperti wangi buah peach campur bunga, tapi juga ngga begitu mirip. Yang jelas wangi! Saking wanginya, setiap mau minum aku hirup aromanya dulu hahaha.

Intinya, liburan bisa di mana saja. Di rumah, di taman, piknik dengan keluarga di pantai. Yang jelas, pastikan kita menikmatinya agar terasa lebih rileks.

TOKYO CAMII & TURKISH CULTURE CENTER

Sebenernya udah lama aku pengen ke sini, tapi ngga pernah kesampaian. Akhirnya tadi setelah dari Ramen Ouka yang ada di Shinjukugyoen Mae, aku pergi ke Masjid Camii sekalian sholat di sana mumpung ngga terlalu jauh. Masjid Camii relatif dekat dengan Stasiun Yoyogi Uehara, yaitu sekitar 20 menit jalan kaki.


Kalau dilihat dari luar, sekilas seperti bangunan biasa. Yang membedakan adalah ornamen khas timur tengah di pintu depannya. Tepat di dekat jalur pedestrian ada tangga yang menghubungkan dengan masjid yang berada di lantai dua. Di lantai satu ada kafe, tapi saya tidak sempat masuk karena sudah buru-buru dan sudah kenyang.

Pada bagian luar masjid, ornamen khas timur tengah masjid ini tidak begitu terlihat. Tepat setelah masuk ke dalam masjid, apalagi lihat ke langit-langit, saya merasa sedang ada di Turki! Apalagi kaligrafi dan ornamen yang didominasi warna tosca dan gold, sangat indah.



Saya sempat bingung nyari tempat wudhu, ternyata tempat wudhunya berada di luar dan harus turun ke bawah. Ada semacam lorong khusus yang terpisah dengan bangunan masjid yang khusus untuk ruang wudhu dan toilet. Di sebelah dalam pintu masuk disediakan gamis dan scarf bagi wanita non-muslim yang ingin masuk masjid.

Menemukan masjid di Tokyo bagi saya seperti menemukan rumah sendiri. Bagaimana tidak? Di masjid kita bisa beribadah dengan tenang, tanpa perlu cari-cari tempat yang sepi dan bersih.

Minggu, 27 Desember 2015

HOW I SURVIVED IN JAPAN





Saya yakin banyak orang yang mengalami culture shock saat pertama kali tinggal di luar negeri. Pertama, karena budaya hidup dan aturan yang berbeda dengan negara asal. Kedua, terutama bagi yang muslim, harus mengatur strategi soal ibadah dan makanan. Ketiga, bahasa pengantar yang berbeda dengan negara asal.

Tak terasa sekarang sudah bulan ketiga setelah saya pindah ke Jepang. Saya jadi ingat masa-masa awal kepindahan yang dipenuhi dengan perjuangan. Mulai dari mencari makanan halal, mencari tempat untuk sholat, sampai berjuang agar bisa membaca Kanji (yang sampai sekarang baru hafal Kanji hari hahaha).

Lalu, bagaimana saya menghadapi semua itu hingga posisi stabil seperti sekarang?

Ibadah

Harus diakui, karena mayoritas penduduk Jepang bukanlah muslim, jadi sulit sekali menemukan tempat ibadah seperti masjid atau mushola. Bahkan hampir tidak ada. Awalnya, aneh buat saya karena biasanya sholat itu kalau ngga di rumah ya di mushola atau masjid. Tapi lama-lama jadi terbiasa sholat di mana saja seperti di taman, ruang ganti, atau di manapun asal memungkinkan dan tidak begitu ramai. Saya sendiri pernah mengalami sholat di taman, dekat toilet taman, di belakang kantor polisi, di rooftop gedung. Bahkan waktu awal pindahan ke sini seorang teman menyarankan salah satu alternatif tempat sholat, yaitu fitting room di mall. Saya tidak merekomendasikan sih, tapi kalau sudah tidak ada pilihan lagi ya apa boleh buat hahaha. Nah, karena kebanyakan toilet jepang itu jenisnya toilet kering, saya jadi rajin menjaga wudhu. Apalagi di musim gugur atau musim dingin seperti sekarang, mending nahan kentut atau pipis buat jaga wudhu.

Makanan

Sebelum berangkat ke Jepang, Ibu membawakan bekal daging rendang kering agar saat tiba di Jepang dan saya belum menemukan tempat makan, saya bisa makanan Ibu. Saya percaya saja, dan ternyata cara ini membantu saya survive di masa-masa awal saat saya belum tahu tempat untuk membeli makanan. Saya hanya perlu membeli nasi di kombini (+minta dihangatkan di kasir) ditemani lauk bekal dari Ibu.

Di awal kedatangan, seorang teman bilang kepada saya. Ada berbagai macam aliran menyoal makanan di Jepang. Pertama, yang makan makanan halal saja. Kedua, tidak makan daging ayam dan sapi, tapi masih makan roti dan yang lainnya. Ketiga, asal bukan daging babi.

Karena keterbatasan pemahaman aksara Kanji, saya memilih untuk membaca blog orang tentang makanan yang dapat dikonsumsi oleh muslim, seperti Serijaya atau Halal media Japan. Mengingat kemasan makanan bagi saya lebih mudah daripada harus membaca ingredients di kemasan makanan.

Pernah waktu itu saya kelaperan banget, di luar sedang hujan deras dan angin kencang, dan saya ada di Sevel. Sedihnya ngga ada yang bisa dibeli. Lihat-lihat bento itu rasanya pengen banget beli, tapi ngga bisa. Akhirnya, saya nemu bento ikan di Sevel dan konfirmasi ke senior kalau ngga ada komposisi haram. Alhamdulillah.

Sekarang sudah tidak sebegitu susah menemukan makanan yang bisa dimakan. Saya sering nanya-nanya ke senior atau teman yang sudah berpengalaman makanan-makanan mana yang bisa dimakan. Adanya aplikasi tentang lokasi tempat di Jepang seperti Halal Gourmet atau Halal Navi juga sangat membantu saya menemukan tempat makan.

Tempat Tinggal

Ada berbagai macam tipe hunian di Jepang, tinggal pilih mana yang sesuai. Saya sendiri tinggal di asrama dekat kampus. Untungnya, di asrama saya sudah full furnished, jadi saya tidak perlu repot membeli peralatan rumah tangga.

Student & Laboratory Life
Karena bahasa pengantarnya bahasa Inggris, saya tidak begitu mengalami kesulitan yang berarti saat kuliah. Sebagian besar waktu di kampus saya habiskan di lab, karena semester ini saya hanya mengambil 17 kredit. Yang menjadi tantangan adalah, pola kerja di Jepang yang sangat berbeda dengan di Indonesia. Pada masa-masa awal, saya sempat sedikit bete karena di lab saya suasananya serius banget dan sangaaaaaaaat hening. Jarang sekali mereka mengobrol, kalau bukan untuk hal yang sangat penting. Di satu sisi, saya lebih senang karena tidak ada mbak-mbak ngobrol yang berisik seperti di kantor dulu. Akhirnya, semua fokus pada kerjaan masing-masing. Lambat laun hubungan saya dan teman-teman di lab sekarang mulai mencair dan tidak begitu merasa terkekang. Memang semua butuh proses.

Bahasa

Bagi saya, adaptasi bahasa adalah yang paling susah. Bagaimana tidak? Selama ini saya mengenal hiragana dan katakana, tapi semua pamflet, papan instruksi, dan surat ditulis dalam karakter kanji. Saya sering bingung karena buta huruf. Tidak bisa membaca sedikitpun. Akhirnya saya menenangkan diri dan mulai mencari aplikasi yang bisa membantu saya survive. Ada berbagai macam aplikasi translate, tapi bagi saya yang paling ampuh adalah google translate, selain bisa autodetect languange langsung dari kamera, aplikasi tersebut juga memungkinkan kita untuk write(means: not type) karakter yang kita lihat. Untuk percakapan sehari-hari, sebisa mungkin saya hafalkan, seperti bertanya lokasi, instruksi, dan ungkapan-ungkapan sederhana lain.

Dokumen


Bisa dikatakan, Jepang adalah negara dengan birokrasi yang ribet, tapi jelas dan cepat. Saat pertama kali pindah ke Jepang, ada berbagai macam dokumen yang harus saya urus, seperti buku tabungan, zairyu card (semacam KTP untuk orang asing yang tinggal di daerah tersebut), aplikasi untuk kartu kredit, serta aplikasi untuk membeli nomor Jepang. Saya bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang baik banget, apalagi kemampuan bahasa saya yang cuma secuil. Terbukti, saat hendak mengurus buku tabungan, senior saya dari Indonesia dengan baik hati menemani saya ke bank. Untungnya, universitas juga menyediakan tutor yang membantu mahasiswa baru, jadi saat pergi ke semacam kantor kelurahan, saya minta ditemani oleh tutor Nihonjin saya agar tidak merepotkan senior saya lagi, hehehe.

Tips dari saya: Intinya perbanyak bekal sebelum pindah ke negeri orang, baca-baca pengalaman orang, dan perbanyak teman, karena saat kita tersesat di negeri orang, satu-satunya kelurga kita adalah teman-teman dari Indonesia.

Jumat, 25 Desember 2015

NATURE: SOURCE OF MUSE





Image from here

Suatu siang aku menghadiri kuliah Prof. Iyoda. Minggu sebelumnya, aku ngantuk banget pas dijelasin karena ngomongin soal polimer dan aku ngga begitu tertarik.

Kali ini beliau menjelaskan soal alga. Aku agak tertarik sih, karena waktu kuliah dulu aku sering ngobrol sama temanku yang kuliah di jurusan farmasi soal alga. Jadi yah setidaknya ngga baru-baru banget.

Satu slide dua slide aku masih menyimak penjelasan tentang pendahuluan. Tapi, pas masuk ke intinya aku jadi excited. Gimana engga, orang ya, penelitian alga itu rata-rata memanfaatkan untuk jadi apa gitu, diolah jadi produk, atau diekstrak. Nah, uniknya, riset Prof. Iyoda ini menggunakan alga spirulina sebagai biotemplate. Apa itu biotemplate?

Kalian pasti tidak asing dengan mainan berikut,



Image from here

Playdough! Betul sekali.

Waktu kita main playdough pasti pengen bikin bentuk yang bagus kan? Lalu bagaimana caranya?

Kita gunakan cetakan agar mendapatkan bentuk playdough sesuai yang kita inginkan. Misalnya kalau mau bentuk apel, tinggal masukin adonan playdough ke cetakan apel. Kalau ingin bentuk mobil, gampang saja tinggal masukin ke cetakan mobil.

Begitu juga dengan Prof. Iyoda. Ia menggunakan spirulina yang berbentuk spiral sebagai cetakan, tepatnya cetakan alami atau disebut juga biotemplate. Selanjutnya, spirulina direndam dalam larutan logam yang diinginkan. Karena bentuk spirulina yang spiral, bentuk akhir setelah dimasukan ke larutan logam mengikuti bentuk spiral tersebut. Bedanya, sekarang sudah ada lapisan logamnya. Dan jadilah metal coil yang berukuran mikro. Karena bio, template ini tidak sulit untuk diproduksi massal. Berkat idenya tersebut, hasil penelitian beliau kini sudah dipublikasikan di Nature.

***

Usai kuliah, aku merenung. Ternyata alam memberikan kita banyak inspirasi, dan kalau kita mau berpikir sedikit saja kita pasti juga bisa.

TOKYO MIDTOWN WINTER ILLUMINATION 2015






Menurut saya, Jepang selalu punya cara agar penduduknya tidak menjadikan mall sebagai tempat wisata. Entah dengan cara membatasi jam buka mall (sampai jam 8 saja), atau dengan membuat pertunjukan ataupun festival. Salah satunya Winter Illumination.

Ribuan LED hasil sumbangan perusahaan swasta disulap menjadi pertunjukan yang berhasil menarik orang-orang untuk datang, termasuk saya. Meskipun suhu di luar hampir 10 derajat tidak menyurutkan keinginan orang-orang untuk datang. Bahkan saking banyaknya, orang-orang yang harus menunggu giliran untuk menyaksikannya di garis paling depan.

Ada beberapa lokasi Winter Illumination seperti Caretta dan Omotesando yang juga sangat bagus, Sayangnya saya hanya berkesempatan mengunjungi Winter Illumination yang ada di Tokyo Midtown saja.



Tak hanya ribuan LED yang menghiasi Roppongi Hill, di sepanjang jalan Roppongi pohon-pohon juga dihiasi lampu berwana biru dan ungu.

Karena memang ditujukan untuk publik, tidak ada tiket masuk untuk menyaksikannya. Siapapun bisa melihat. Rasanya romantis sekali melihat lampu-lampu LED gemerlapan berjalan.



Kamis, 24 Desember 2015

MOMIJIGARI AT SHOWAKINEN PARK









Akhir bulan November lalu aku ikut acara PPI Tokodai yaitu Momijigari (menyaksikan keindahan daun maple). Ini pertama kalinya aku menyaksikan keindahan musim gugur, yang rasanya pantas kalau ada yang bilang “Autumn is second spring when every leaf is a flower”.

Beruntung aku ikut acara ini karena view di lokasi acara indah banget, namanya Showakinen Koen (Showa memorial park). Taman ini dibangun untuk menghormati salah satu kaisar Jepang yaitu Showa.

Banyak orang Jepang berkunjung ke taman ini untuk piknik dengan keluarga atau teman. FYI, orang jepang itu niat banget kalau piknik sampai bawa tenda, tikar, makanan, mainan, sampai kursi lipat. Dan emang taman Showakinen sangat cocok untuk menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman dengan cara piknik.

Di dalam taman, area dibagi-bagi lagi menjadi theme garden seperti Japanesse garden, children forest, cherry blossom garden, dan masih banyak lagi. Jadi, lokasi taman yang ramai sangat bergantung musim.

Karena aku datang pada musim gugur, aku memilih untuk mengunjungi Japanesse garden, karena warna daun-daunnya cantik-cantik kuning kemerahan. Tentu, kalau datangnya musim semi, harus berkunjung ke cherry blossom garden.

Bahkan, aku udah niat mau datang ke cherry blossom garden di Showakinen nanti waktu spring.





How to get there?

Showakinen park punya banyak pintu masuk. Cuma waktu itu aku masuk lewat Tachikawa gate. Stasiun terdekatnya adalah Tachikawa station (JR Nambu Line). Jalan kaki dari stasiun ke gerbang masuk sekitar 15 menit. Saranku, saat membeli tiket atau bertemu petugas, mintalah peta dalam berbahasa inggris (eigo chizu) karena taman ini benar-benar luas, dan sebagai panduan agar tidak tersesat.

Showakinen Park Office

3173 Midori-cho Tachikawa Tokyo

Rabu, 23 Desember 2015

TELINGA

Sebentar, aku ingin memastikan :
apakah telingaku ini masih menampung raung
dari sisa
percakapan kita?
Jangan-jangan dulu kita hanya meracau
tentang keyakinan dan cinta
Aku tidak yakin
sepertinya telingaku mengunci alinea
yang tidak perlu ditangisi

BATU-BATU ITU

Batu-batu itu mengingatkanku padamu
yang selalu bertanya mengapa
mengapa ombak sungai tak pernah menemui hulu,
dan mahoni-mahoni tua hanya terbaring lemah di atas telaga?
Aku ingin memberanikan diri
mengucap satu-dua patah kata
“Suaramu telah mengecoh ilalang, membuatku tak jadi merdeka”
Tapi urung, gerimis yang berisik mengingatkanku untuk tak bicara soal pujian 
seperti halnya malam yang memuja-muja bulan
sementara menertawakannya di belakang
Batu-batu itu berlayar ke sungai
mengikuti arus dan engkau mengikutinya pergi
Kita tak sempat berpamitan,
tapi aku ingin berkata kepada batu-batu itu: “Terima Kasih telah membawa kekasihku ke hulu. Dia akan menemukan jawaban”

MATA

Kadang aku bingung bagaimana mengajakmu bicara. Tapi ketika melihat matamu, aku bagai melihat laut yg tenang namun menyimpan gemuruh yg besar di dalam sana. Sewaktu waktu bisa menghabisi orang.
Matamu terlalu kecil, untuk ukuran laki laki maskulin dan hemat bicara. Tapi di sepasang mata itu kutemukan air yang jernih. Lalu aku bisa bercermin di sana dan menyapa ‘apa kabar’, atau justru membuatku bertanya tanya 'apa kita orang yg sama?’
Bayang bayang itu selalu hadir yg kadang menembus tabir.
Apa yg kau sebut jarak membuatku bingung, sedang kita setiap saat selalu bersama tanpa terpisah satu meter pun.
Apakah cinta ini terlalu payah? Hingga kau terlalu cepat menyerah?
Matamu hanya diam, mengisyaratkan untuk tidak banyak bercakap dan saling mengerti saja.
Aku diam.
Aku mengerti, selamanya tetap bisa kutemukan laut di matamu. Meski kita berpisah. Itu sudah cukup.

KEPADA CINTA

Dimana pun kamu berada.
Pagi selalu menawarkan kesempatan yang sama. Tapi orang-orang menerjemahkan menjadi bahasa yang beragam. Ini tentu terjadi karena hasil dari proses dialog diri masing-masing orang.
Pagi ini, embun menguap lebih lama, daun-daun tak jadi gugur - seperti yang dilukiskan puisi bukan? Dunia seperti lahir kembali.
Malam itu aku menemukanmu, atau kita yang saling menemukan?
Meski di permulaan aku ragu sekaligus menyimpan harapan, namun setelah beberapa kali perjumpaan denganmu membuatku yakin, untuk kesekian kalinya.
Andai kamu tahu, meski kita menjalani hidup yang berbeda, aku seperti sedang bersamamu dan akan selalu ada manakala kamu membutuhkan genggaman atau sekedar ketenangan. Aku mencintaimu, oleh karenanya aku selalu mendoakanmu.
Yang mencintaimu

MOVIE REVIEW: BIG HERO 6


Beberapa hari lalu diajak Mas Derie nonton film ini. Katanya sih ratingnya bagus. Awalnya saya enggan ikut karena beberapa waktu sebelumnya sudah nonton Interstellar yang cukup bikin terkagum-kagum. Karena sudah punya pembanding yang bagus, takutnya film yang akan ditonton mengecewakan. Tapi karena doi bersikeras mau nonton itu, yaudahlah ikut aja.

Cerita dimulai dengan seorang anak jenius, Hiro (perawakannya mirip Hiccup) yang adu robot di kota modern San Fransokyo (San Francisco + Tokyo), perpaduan budaya barat yang modern dan ketimuran yang diidentikan dengan Jepang. Karena kemenangannya di adu robot tersebut, dia ingin menghabiskan seluruh hidupnya untuk adu robot. Kakaknya, Tadashi tahu potensi adiknya yang besar, ingin adiknya masuk Universitas dibandingkan adu robot ilegal. Hiro menolaknya mentah-mentah karena dia tidak mau belajar sesuatu yang dia sudah tahu, yang kerjaannya Cuma baca buku. Sampai suatu waktu Tadashi mengajaknya ke kampus dan menunjukkan banyak hal yang tidak Hiro tahu, dan ternyata Hiro merasa dia tidak tahu apa-apa. Ekspektasi dia selama ini ternyata salah, universitas adalah tempat yang menakjubkan. Di situ, Hiro juga dikenalkan pada teman-teman Tadashi, GoGo Tomago, Honey Lemon, Fred, dan Wasabi. Akhirnya dia bertekad untuk bisa masuk Univ. Salah satu persyaratan untuk bisa masuk ke Univ tsb adalah menciptakan penemuan baru. Saat pameran penemuan, Hiro menunjukkan penemuannya, Microbots-sekumpulan robot-robot kecil yang bisa menjadi bermacam-macam bentuk sesuai dengan control pemiliknya. Professor  Callaghan akhirnya menerimanya setelah tertarik dengan microbot ciptaan Hiro. Hiro merasa hidupnya berubah, berkat Tadashi. Tadashi lah yang orang yang selalu mendukungnya. Bagi Hiro, Tadashi adalah inspirasi dan teman sejati. Setelah pameran usai, gedung pameran terbakar. Tadashi yang sudah berada di luar gedung bersama Hiro menyadari bahwa Professor Callaghan masih di dalam. Tadashi berusaha menyelamatkan sensei-nya, namun ledakan besar kemudian terjadi. Kedua orang tersebut akhirnya meninggal. Setelah kehilangan kakaknya, Hiro mengurung diri di kamar. Ia menutup diri dari dunia luar. Ia sangat terpukul.
Sampai satu waktu ia tidak sengaja menekan tombol aktivasi Baymax (robot perawat yang dibuat oleh Tadashi). Baymax adalah obat penawar kehilangan Tadashi karena tingkahnya yang clumsy dan robot banget hehe. Mereka kemudian mengetahui bahwa seseorang telah mereproduksi mikrobot Hiro dalam jumlah besar. Mereka pun menyelidiki siapa pelakunya, karena pelakunya memakai masker. Pelaku itu pun menyerang duo Hiro-Baymax lewat microbot yang ia kendalikan. Secara kebetulan, saat diserang oleh pelaku, duo bertemu dengan 4 teman Tadashi yang kemudian bergabung dengan mereka untuk mengalahkan dan membongkar identitas pelaku.
Sebagai ex-penonton Interstellar, saya lebih suka film ini dari segi ilmiah. Tidak out of mind, dan istilah-istilah yang dipakai memang benar ada, teknologi-teknologi yang dikenalkan juga yang paling terbaru seperti rantai karbon (graphene), medan magnet, titanium and tungsten metal based, bisa dimengerti.
Soal pesan moral, agaknya film-film Disney akhir-akhir ini bertema ‘familiy’. Seperti Frozen yang juga bertema keluarga, film ini pun setipe. Saya sangat suka film ini. Sepanjang film ngga bisa berhenti ketawa lihat ulah Baymax yang super kikuk, lucu, polos, gendut, and being robot, still. Di akhir film sempat sedih karena Hiro kehilangan orang yang ia sayangi, Baymax. Tapi akhirnya, Baymax dihidupkan kembali karena Hiro menemukan chip program Baymax.
Layak ditonton.

23

Ingin kuhentikan waktu
selagi kau bekerja dan lelap
Lalu kuhitung rindu-rinduku selama ini
padamu yang tak pernah cukup
Ingin kuhentikan waktu
Agar aku dapat memungutnya detik demi detik
dan mengucapkan padamu sebaris kata : Selamat Ulang Tahun

Prosa ini dibuat hampir setahun yang lalu, saat Mas Derie ulang tahun.

MOVIE REVIEW: STAND BY ME, DORAEMON




Jangan heran kalau antreannya super panjang, karena film ini cuma ada di Blitz. Lagian waktu itu saya nonton film ini pas malam minggu. Kombo!
Bahkan saya perhatikan di jadwal, rentang pemutaran film ini tiap setengah sampai satu jam!
Di awal, diceritakan bagaimana mula nya doraemon ketemu nobita. Singkatnya, doraemon pergi dari abad 22 ke abad 21 untuk membantu nobita mengubah nasib buruknya. Nobita yang awalnya akan menikah dengan Jaiko berusaha agar nantinya nasibnya berubah dan bisa menikah dengan Shizuka.
Saya sedikit kecewa dengan bagian ini, karena menurut saya seharusnya ditunjukkan usaha nobita yang sungguh sungguh mendapatkan hati Shizuka. Yaaa, at least seperti Dekisugi lah yang bisa diandalkan. Nyatanya, nobita sama sekali tidak berubah dari kebiasaan buruknya yang lama, tidak bisa diandakan.
Alasan shizuka untuk suka ke nobita pun agak aneh, masa karena nobita adalah orang yang tidak bisa hidup sendiri dan butuh bantuan shizuka.
Terlepas dari karakter dan suaranya yang lucu, saya sebenarnya mengharapkan ending yang sedih, di mana doraemon tidak kembali dan nobita belajar sungguh sungguh untuk bisa menyusulnya ke abad 22. Nyatanya engga. Akhirnya pulang nonton agak kecewa. Tapi cukuplah terhibur dengan doraemon yang lucuuu banget dan menggemaskan.
Anyway, sebenarnya tulisan ini super telat ya. Secara filmnya sudah diputar hampir sebulan lalu hehehe

AKHIRNYA...

Akhirnya saya meninggalkan Bandung. Kota yang penuh kenangan. Kota yang mengubah hidup saya menjadi lebih baik maupun buruk. Keduanya.
Bandung yang terjaga sepanjang malam.
Akhirnya saya rindu.

YANG NGANGENIN DARI BANDUNG

Saya sedang kangen Bandung dan dunia kulinernya. Terutama cilok. Biasanya saya beli dua ribu, dapat empat. Ada beberapa spot cilok enak di Bandung. Di dekat Baltos sama di depan BIP yang deket yogya. Selain cilok, ada juga tahu bulat. Dulu sih dua ribu dapat empat, sekarang dua ribu dapat tiga. Efek kenaikan bbm. Tahu bulat ngga sesohor cilok. Yang jual juga cuma ada di tempat-tempat tertentu. Spot penjual tahu bulat ada 1 dekat warpas dekat kampus ITB, depan salon memory depan simpang, sama di kawasan pedagang makanan di sabuga. 
Satu lagi jajanan enak di Bandung, namanya cilor, cilok pakai telur. Saya rasa cilor adalah modifikasi dari cilok. Ukurannya lebih kecil. Bisa ditemukan di depan neutron Bandung.
Beruntungnya, di tempat baru saya ada yang jual makanan-makanan di atas :)

MOVIE REVIEW: THE WEDDING DATE

Cinta harus dibayar mahal. Kira-kira begitulah yang dirasakan oleh Ellis. Datang sendirian ke pesta pernikahan kerabat, bahkan adik kandung dapat dimaknai sebagai sebuah kegagalan. Untuk menunjukkan bahwa ia tidak semenyedihkan itu, ia rela membayar mahal Nick untuk berpura-pura menjadi pacarnya.
Tidak disangka-sangka, Nick ternyata sosok yang sangat dewasa, sangat pria. Pandai menempatkan diri dan sekaligus menjaga reputasi wanita di depan keluarganya. Bahkan dengan sikapnya itu, ia membuat teman-teman Ellis iri karena memiliki pacar seperti Nick. 
Konflik muncul ketika Ellis membayar Nick untuk setelah mereka tidur bersama. Nick merasa diremehkan karena ia diam-diam memendam perasaan kepada Ellis. Bagaimana pun, akhirnya mereka bersama setelah melewati konflik-konflik yang muncul.
Saya puas menonton film ini. Film ini bagus untuk ditonton kok, recommended. Salah satunya bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri sekaligus bagaimana memperlakukan orang yang mencintai kita. Saya sendiri suka banget sosok Nick. Cowok idaman banget deh. Sayangnya pemeran Nick saya ngga begitu familiar dan agak tua hahaha.

RADIO

Bagi saya, radio tak hanya sekadar hiburan, tapi juga teman. Sejak SMP saya mulai mendengarkan radio. Awalnya radio hanya pengisi hiburan saat lampu mati, karena nggak bisa nonton tv. Lalu saya ingat ibu saya berbincang dengan bapak, mereka bilang kalau zaman dulu tidak ada hiburan kecuali radio. Televisi hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu.
Saya lama-kelamaan terbiasa mendengarkan radio. Apalagi waktu itu acara di tv ngga ada yang menarik, jadi saya memilih tiduran di kamar sambil dengerin radio. Dengerin orang yang berkirim salam.
Pas banget, di sekolah ada radio sekolah, yang mana penyiarnya para siswa. Banyak yang berikirim-kirim salam kepada teman, yang sayangnya lebih banyak salam untuk gebetan. Isu dan gosip sekolah juga acapkali diketahui siswa-siswa yang rajin dengerin radio. Biasanya ada si a berkirim salam ke si b, trus besoknya jadi gossip deh. Yang ngga dengerin radio jadi ketinggalan berita. Nama radionya ‘Pas FM’, singkatan dari ‘Plumpang Satu FM’.
Masuk ke SMA, saya masih terbiasa dengerin radio sebelum berangkat ke sekolah. Mendengarkan radio di pagi hari sudah jadi kebiasaan saya waktu itu, semacam memberi semangat. Saya mengubah frekuensi radio saya menjadi ‘Si FM’, radio gaul Tuban.
Lambat laun saya jadi update lagu-lagu terbaru.
Saat kuliah, saya ternyata masih lebih suka dengerin raio dari pada playlist mp3 sendiri. Rasanya kalau dengerin radio berasa ada temannya, ada penyiarnya gitu kan yang ngomong jadi berasa ada orang lain yang lagi nemenin kita belajar. Saat kuliah, saya mengganti lagi frekuensi radio saya, ‘Gen FM’, radio gaul Jakarta. Lho, bukannya saya kuliahnya di Bandung? Kenapa dengerin radio Jakarta? Aneh ya, padahal di Bandung sendiri banyak radio radio lain seperti ardan atau prambors. Tapi entah ya saya lebih suka streaming gen fm, apalagi program semangat pagi, penyiarnya Kemal TJ bodor-bodor dan kocak banget. Paling suka juga ada salah sambung dan gino dan sugimin.
Bagi saya yang notabene anak rantau dan ngga punya tv, radio adalah teman di kala apapun.

KULINER DEPOK: ROTI BAKAR EDDY








Siang tadi saya dan teman saya mencari spot kuliner di Depok, tepatnya di Jalan Margonda. Kami pun googling terlebih dulu, namun tidak menemukan yang benar-benar sreg. Akhirnya kami sepakat ‘jalan aja dulu, nanti kalau ada yang menarik kita langsung berhenti di situ’.
Ketika melihat plang ‘Roti Bakar Eddy’, teman saya spontan ngajak kesitu. Saya meskipun tinggal tak jauh dari situ belum pernah mampir sekali pun.

Meskipun namanya tempatnya ‘Roti Bakar’, ngga semua menunya ‘roti’. Ada juga nasi goreng, mie, dan sayur seperti cap cay, hingga chicken wings. Harganya beragam mulai dari 10 ribu hingga 22 ribu. Minumnya pun beragam. Dari mulai teh hingga jus. Harganya dari mulai 5 ribu hingga 16 ribu.
Tekstur roti bakarnya berbeda dengan roti bakar yang pernah saya makan sebelumnya. Roti bakar Eddy cenderung renyah seperti dipanggang.  Saya memesan roti bakar es krim dan jus manga. Meskipun porsinya tidak terlalu besar, saya tidak habis karena lama-lama terasa eneg. Dasar saya juga yang ngga terlalu suka manis. Tempatnya lumayan nyaman, tapi ngga yang bikin betah berjam-jam sih haha.
Roti bakar Eddy terletak di seberang Gramedia Margonda Depok. Kalau dari Depok Town Square (Detos) , Roti Bakar Eddy di sebelah kirinya sekitar 200 meter.


MOVIE REVIEW: CHAPPIE


Artificial intelligence adalah sebuah mimpi  di era milenium yang direalisasikan lewat visualisasi film. Chappie adalah salah satu film yang berkisah tentang robot dengan artificial intelligence. Muncul lebih dulu sebelum Chappie, yaitu robot Wall-E dan Big Max di Big Hero  yang juga telah menyentuh penonton lewat ceritanya.
Chappie tentu menghadirkan cerita dan tentu rasa yang berbeda dengan film-film robot pendahulunya.
Berikut ceritanya.
Pada suatu malam, seorang pemuda menjalankan program yang telah dibuatnya. Namun, pada akhirnya program itu gagal. Pemuda itu, Deon, akhirnya puas mengetahui programnya sukses setelah begadang satu malam suntuk mengubah-ubah variabel-varibale pada program.
Mimpinya sebentar lagi nyata. Membuat robot yang memiliki kecerdasan layaknya manusia. Robot yang tak hanya berpikir seri, tetapi juga parallel. Mempunyai perasaan persis layaknya manusia.
Deon (Dev Patel), adalah salah satu karyawan di perusahaan senjata bernama Tetravaal yang telah sukses merancang robot polisi dan diminati oleh kantor militer dan kepolisian untuk membantu tugas para polisi membasmi kejahatan yang saat itu sedang merajalela di Johannesburg. Permintaan robot polisi ini semakin meningkat sehingga membuat CEO Tetravaal, Michelle Bradley, menganggarkan dana besar ke proyek tersebut dan terpaksa memotong dana untuk proyek robot Moose yang dibuat oleh Vincent(Hugh Jackman). Jelas hal ini memicu kemarahan dan keinginan balas dendam Vincent kepada Deon. Secara tidak langsung Bradley memotong anggaran robotnya karena proyek robot Deon. 
Berbekal proyek yang sukses tersebut serta dukungan Bradley padanya, Deon mengutarakan idenya kepada Bradley yaitu menguji coba program AI pada robot yang telah rusak. Namun Bradley menolak mentah-mentah karena apa yang diajukan Deon tidak terlihat menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan senjata tidak memerlukan robot yang bisa menulis puisi atau melukis, begitulah kira-kira kata Bradley kepada Deon.
Deon pun tak berhenti sampai situ. Dia terus mencari cara agar impiannya membuat robot dengan kecerdasan seperti manusia bisa terwujud.
Ia lalu mencuri robot yang hendak dihancurkan sebagai ‘tubuh’ bagi programnya di gudang Tetravaal.
Di saat bersamaan, sekelompok Gangster geram akan ulah robot polisi yang terus mengacaukan rencana jahat mereka. Gangster tersebut kemudian menculik Deon untuk mematikan robot-robot polisi. Deon mengatakan bahwa robot-tobot polisi tersebut tidak bisa di-offline-kan untuk mengelabuhi para grangster tersebut. Deon kemudian menawarkan idenya kepada gangster tersebut. Ia menginstal program di robot yang telah ia curi dan mengatakan kepada Gangster bahwa robot tersebut nantinya bisa dilatih menjadi apapun. Robot tersebut kemudian dinamakan Chappie oleh salah satu gangster. Para gangster pun akhirnya terpaksa menerima usulan Deon dan akan membuat Chappie menjadi robot yang membantu aksi kejahatan mereka.
Lantas, apakah para gangster tersebut berhasil melatih Chappie menjadi penjahat seperti yang mereka inginkan?

Bagaimana pula Chappie bisa memenuhi ekspektasi penonton tentang robot dengan kecerdasan seperti manusia?
Lalu, apa yang akan dilakukan oleh Vincent kepada Deon?
Film berdurasi 120 menit ini menghadirkan banyak subklimaks serta konflik dalam ceritanya. Meskipun film ini tidak begitu fokus terhadap ‘aksi’ robot, namun banyak hal lain yang justru ditampilkan oleh Neill Blomkamp dalam ‘Chappie’, seperti pesan-pesan moral dan hal-hal lain yang justru tidak se-monoton jika film tersebut misalnya menonjolkan robot yang hanya bertarung atau berperang melawan/membela manusia. 
Sangat disayangkan, menurut saya pribadi tampilan fisik robot-robot di film Chappie ini cenderung usang, tidak begitu modern, dan lusuh. 
Terlepas dari visualisasi robot, film ini patut untuk diapresiasi, dan memberikan suasana baru bagi film robot yang mengusung artificial intelligence.
Nyatanya, melalui Chappie, Blomkamp mampu membuat penonton menikmati cerita, dengan alurnya yang naik turun. Di tangannya, robot menjadi sosok yang dikasihani seperti layaknya manusia, bukan sekadar tubuh besi.

TENTANG KEGAGALAN

Menasehati orang untuk bangkit dari kegagalan jauh jauuuuuh lebih mudah dibandingkan memotivasi diri sendiri saat mengalami kegagalan.
Saya pernah gagal. Barangkali semua orang juga pernah mengalaminya. Pada awalnya, sulit sekali bagi saya untuk menerima kenyataan bahwa saya ‘gagal’, yang itu berarti saya lebih buruk dari orang lain. Terkadang kalau membayangkannya lagi saya protes,
“Kenapa saya?”
“Kenapa Tuhan memilih saya yang gagal?”
Ngga jarang juga timbul rasa iri kepada teman yang dulu berjuang bersama dan dia berhasil, sedangkan saya tidak.
‘Padahal kan aku lebih baik dari dia’
Intinya sulit banget menerima kenyataan itu.
Meskipun saya menyiapkan persiapan dari a sampai z untuk mengantisipasi, pasti kita menginginkan rencana a yang berjalan kan?
Seiring berjalannya waktu, saya belajar untuk menerima dan lebih legowo menerima keputusan Tuhan untuk saya.
Saya pernah membaca kutipan dari buku #girlboss,
“Selalu ada kesempatan tersembunyi di balik setiap kegagalan”
Saya rasa pernyataan tersebut ada benarnya. Saat gagal, Tuhan memberi kesempatan lain untuk kita tujuan lain. Mungkin nanti dijodohkan dengan hal yang kita sukai atau tujuan baik lainnya.
Eric Weiner dalam buku The Geography of Bliss juga mengatakan bahwa “kegagalan adalah sumber kebahagiaan manusia” tapi tidak ada orang yang menyadari dan mau menghadapinya.
Saya percaya rasa sedih dan kecewa itu akan larut dalam waktu. Dan saya sendiri yang harus menjawab sendiri pertanyaan yang saya ajukan “kenapa saya?”
Menceritakan kegagalan kepada orang lain bisa kita lakukan untuk mendapat support. Namun, kadang mereka ngga mengerti apa yang sebenarnya kita rasakan.
Karena beberapa kali mengalami kegagalan itu, saya yang dulunya berambisi dengan semangat meletup-letup yakin pasti berhasil, sekarang jadi cenderung pasrah dan nrimo. Ada plus minusnya sih. Plusnya saya jadi makin percaya bahwa keputusan Tuhan adalah yang terbaik.
I have some bullet points how I face it.
· Fokus dengan apa yang kamu lakukan sekarang dan melihat kegagalan sebagai pelajaran. Kegagalan bukan berarti kita ngga punya kemampuan kok. Bisa jadi kita lebih baik dari yang lain, tapi Tuhan pengen kasih yang lebih baik buat kita.
· Orang-orang sukses adalah mereka yang mampu bangkit dari kegagalan. Kegagalan bukanlah aib. Justru memperkuat diri.
· Meskipun saya butuh sugesti, saya memilih memotivasi diri sendiri dan lewat buku.
Dan poin utama adalah ada hal lain yang bisa diperjuangkan. Jadi, daripada galau-galau mending melakukan sesuatu yang lain yang lebih berguna. :)

PERPINDAHAN PANAS

Itu bukannya pelajaran SD?
Iya betul!
Belakangan, pekerjaan saya banyak berkaitan dengan buku-buku sains SD. Disitu saya menemukan banyak konsep yang sengaja ngga disampaikan dalam buku. Mungkin dengan alasan agar anak SD lebih mudah mencerna.
Ada benarnya sih. Tapi akhirnya konsepnya ngga dapet.
Saya mau bercerita sedikit tentang perpindahan panas menurut apa yang saya pahami. Perpindahan panas terbagi menjadi 3, berdasarkan perantaranya.
1. Konduksi
Saat panas merambat lewat zat padat, mostly logam. Karena logam merupakan konduktor yang baik.
Misalnya saat kita memegang gelas yang panas. Saat itu terjadi perpindahan panas secara konduksi.
2. Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi melalui perantara fluida seperti air dan gas. Misalnya kita merasa panas jika berada di dekat mesin.
3. Radiasi
Contoh yang paling sering ditunjukkan adalah saat kita merasakan panas matahari. Padahal letak matahari sangat jauh dari bumi. Bahkan di luar angkasa adalah ruang hampa, tidak ada partikel maupun gas. Perpindahan panas inilah yang disebut radiasi yaitu tanpa zat perantara. Bagaimana saat kita merasa panas di dekat api unggun? Apakah perpindahan panasnya secara radiasi atau konveksi?
Jawabnya adalah radiasi. But why? Kan panas api unggun merambat ke tubuh kita melalui udara? Memang, di dekat api unggun terdapat udara, namun udara tidak berfungsi menghantarkan panas ke tubuh kita karena ada tidaknya udara kita masih merasakan panas.
Misalnya, jika udara bertiup ke arah timur, seharusnya yang menerima panas adalah orang yang berada di sebelah timur api unggun, tapi nyatanya kan engga. Mau di sebelah manapun kita berada, masih tetap merasa hangat kan?

ADA SENJA

Ada senja yang terbit kala hari tlah renta
Senja yang jingga
Senja yang ingin menyapa kita lewat bayangan kita sendiri
Dan kita berdiri di sana,
di atas jembatan penyebrangan yang tubuhnya larut dengan udara,
menatap senja,
Yang mewah dan gelisah
Yang renta,
Dan kita masih selalu terpana
Bogor, 11 April 2015

ANAK-ANAK REL

Anak-anak melintasi rel
Lapangan mereka selebar jarak antar rel
Dan kolam renang mereka seluas kubangan air
Sisa sisa hujan yang bercampur lumpur dan polusi Jakarta
Bagi mereka, rel adalah segalanya
Sayang mereka tidak menonton televisi
Mereka tidak tahu ada di belahan dunia lain ada lapangan yang lebih hijau dan lebih luas
Tapi rel cukup luas bagi mereka
Dan ketika kereta lewat orang2 dalam kereta memandangi mereka
Mengasihani mereka yang kumuh dan harus berjuang berdesakan memperoleh ruang yang harganya melebihi harga sebuah nyawa
Sampai kereta berjalan jauh orang2 dalam kereta masih terus memandang trenyuh
Anak2 bantran rel senang melihat orang2 dalam kereta memandangi mereka
Anak2 mengira orang2 itu ingin seperti mereka, memiliki waktu untuk bermain
Karena orang2 dalam kereta selalu berdesak2an berebut tempat
Kereta tak terlihat, orang2 dalam kereta sudah lupa bahwa mereka habis melewati anak2 rel
Dan anak2 itu tak sempat mengingat betapa banyaknya orang yang lewat
Mereka hanya, bahagia.

HOUSEWIFE: HAPPIER AT HOME

Everyone might think that his/her mother is the best. So do I. My mom is really best mother exist. I said this objectively hehehehe.
My mom is merely an ordinary person. She isn’t graduate from college, yet she is well educated. Compare with other mother who graduate from university, I could say that my mom is not too different with them, in terms of knowledge.
My mom began her career as a teacher, but she then leaved her job for a reason. Until my father came to her and propose her. So my mom doesn’t work and choose to be housewife.She also not fashionable person like socialita, nor middle-class-but-act like-upper class too.
Her routine (if you knew) is boring I think, at the first. Wake up, cooking, take her child to the school, washing, ironing, cleaning house, take her child from school, take her child to ‘ngaji’ and then sleep.
However, beside it all, she also a human who has a dream. Not easy to ask such a question to her, but the other day i have a conversation with my aunt. She talk that after graduated from senior high school, my mom took several courses, she want to developed herself too. She went to sewing courses and computer courses, which is in that time computer havent so popular like now.
She also has boyfriend  (not my father), but my grandma match her with father. Unpredictably, my mom accepted my father. I am a bit surprised known that knowing that my mother isnt an easy women. hehehe
Back to the housewife. Behind the boring day, doesnt hold college degree, and not working one, she have had dedicated her whole life to the family, to father and to us, her children. She never missed to take care of us. Despite sometimes she was unable to, she try-try-try to find the way to make it able. Be hero to her children. 
Not holding college degree doesnt mean she dont know anything. The fact, she was the first person that taught me English. That lesson is stick in my mind, she taught me about ‘panca indra’. She taught with creative tone. Too bad, I cant tell which tone we used, perhaps like ‘a-b-c-d-e’ tone. Here is the lyrics.
My eye /hand point to eye
My ears/ two hands hold ears
My mouth/hand finger my mouth
And my nose/ hand touch nose
I just wondering where she know about those things anyway. She is real cool than my teachers. After all, she not study like teacher, but she can taught me many things that teacher should do to her students. Isnt she impressive?
When in senior high school, we learn chemistry for the first time. While my teacher taught in class about reaction that hard to understand, she taught about essential thing like:
What Pb stand for?
Au?
Ag?
Hg?
Despite she not tell the whole periodic table. 
Saya sendiri ngga begitu yakin bisa seperti ibu saya, yang rela mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keluarga. Mungkin saja saya teriming-iming pekerjaan dan menjadi wanita karir yang sukses.
Emang, what should women be? Career women? Housewife?Itu urusan dan pilihan masing-masing ya. Karena setiap orang jelas punya pertimbangan dan alasan atas pengambilan keputusan tersebut. Yang jelas saya ngga mau anak saya nanti harus dititipkan ke tetangga atau neneknya karena ibunya sibuk ngurusin pekerjaan dan harus keluar kota setiap hari.
Jadi, mumpung saya masih single, saya mau berpuas-puas berkarir dulu. Baru deh setelah sukses, saya melanjutkan karir di rumah sebagai ibu rumah tangga saja.

AKU TIDAK INGIN JADI PAHLAWAN

This writing is not mine. It was taken from the original source: http://www.dailyavocado.net/avocado-world/avocado-soul/809-aku-tidak-ingin-jadi-pahlawan.html. Just want to spread it and and inspire you. Cerita ini semacam pengingat bahwa setiap anak berhak menjadi apa yang ia inginkan, terlepas dari cita-cita itu ‘bagus’ atau biasa-biasa saja.

Aku ingin menjadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan

Di kelasnya ada 50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku tetap mendapat ranking ke-23.  Lambat laun membuat dia mendapatkan nama panggilan dengan nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah yang sesungguhnya.  Sebagai orangtua, kami merasa nama panggilan ini kurang enak didengar, namun anak kami ternyata menerimanya dengan senang hati.  Suamiku mengeluhkan ke padaku, setiap kali ada kegiatan di perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap orang selalu memuji-muji “Superman cilik” di rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menjadi pendengar saja. 
Anak keluarga orang, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, juga memiliki banyak keahlian khusus.  Sedangkan anak nomor 23 di keluarga kami tidak memiliki sesuatu pun untuk ditonjolkan.  Dari itu, setiap kali suamiku menonton penampilan anak-anak berbakat luar biasa dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai matanya bersinar-sinar.  Kemudian ketika dia membaca sebuah berita tentang seorang anak berusia 9 tahun yang masuk perguruan tinggi, dia bertanya dengan hati pilu kepada anak kami: Anakku, kenapa kamu tidak terlahir sebagai anak dengan kepandaian luar biasa?  Anak kami menjawab: Itu karena ayah juga bukan seorang ayah dengan kepandaian luar biasa.  Suamiku menjadi tidak bisa berkata apa-apa lagi, saya tanpa tertahankan tertawa sendiri. 
Pada pertengahan musim gugur, semua sanak keluarga berkumpul bersama untuk merayakannya, sehingga memenuhi satu ruangan besar di restoran.  Topik pembicaraan semua orang perlahan-lahan mulai beralih kepada anak masing-masing.  Dalam kemeriahan suasana, anak-anak ditanyakan apakah cita-cita mereka di masa mendatang?  Ada yang menjawab akan menjadi pemain piano, bintang film atau politikus, tiada seorang pun yang terlihat takut mengutarakannya di depan orang banyak, bahkan anak perempuan berusia 4½ tahun juga menyatakan kelak akan menjadi seorang pembawa acara di televisi, semua orang bertepuk tangan mendengarnya.  Anak perempuan kami yang berusia 15 tahun terlihat sibuk sekali sedang membantu anak-anak kecil lainnya makan.  Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya kelak.  Di bawah desakan orang banyak, akhirnya dia menjawab dengan sungguh-sungguh:  Kelak ketika aku dewasa, cita-cita pertamaku adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari dan bermain-main.  Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan akan cita-cita keduanya.  Dia menjawab dengan besar hati:  Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang-bintang.  Semua sanak keluarga tertegun dibuatnya, saling pandang tanpa tahu akan berkata apa lagi.  Raut muka suamiku menjadi canggung sekali. 
Sepulangnya ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak menjadi guru TK?  Apakah kami tetap akan membiarkannya menjadi murid kualitas menengah?  Sebetulnya, kami juga telah berusaha banyak.  Demi meningkatkan nilai sekolahnya, kami pernah mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkannya di tempat bimbingan belajar, juga membelikan berbagai materi belajar untuknya.  Anak kami juga sangat penurut, dia tidak membaca komik lagi, tidak ikut kelas origami lagi, tidur bermalas-malasan di akhir minggu juga tidak dilakukan lagi.  Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan tanpa henti.  Namun biar bagaimana pun dia tetap seorang anak-anak, tubuhnya tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat.  Biar sedang diinfus dan terbaring di ranjang, dia tetap bersikeras mengerjakan tugas pelajaran, akhirnya dia terserang radang paru-paru.  Setelah sembuh, wajahnya terlihat kurus banyak.  Akan tetapi ternyata hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja nomor 23.
Pada akhir minggu, teman-teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing-masing, dengan membawa serta suami dan anak untuk piknik.  Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa dan guyonan, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan karya seni pendek.  Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan gembira.  Dia sering kali lari ke belakang untuk menjaga bahan makanan.  Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat agak miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap jus sayuran yang bocor ke luar.  Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika makan terjadi satu kejadian di luar dugaan.  Ada dua orang anak lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa Inggeris.  Kedua anak ini secara bersamaan menjepit sebuah kue beras ketan di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau membaginya.  Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, mereka sama sekali tidak mau peduli.  Orang dewasa terus membujuk mereka, namun tidak ada hasilnya.  Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah sulit ini dengan cara sederhana yaitu lempar koin untuk menentukan siapa yang menang.

Ketika pulang, jalanan macat dan anak-anak mulai terlihat gelisah.  Anakku terus membuat guyonan dan membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti.  Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat anak-anak ini terus memberi pujian.  Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio masing-masing.  Ketika mendengar anak-anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada wajah suamiku timbul senyum bangga. 
Kemudian, kami juga mencoba untuk memberikan penambah gizi dan rangsangan hadiah, setelah berulang-ulang menjalaninya, ternyata wajah anak perempuanku semakin pucat saja.  Apalagi, setiap kali akan ujian, dia mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, terus mencucurkan keringat dingin, terakhir hasil ujiannya malah menjadi nomor 33 yang mengejutkan kami.  Aku dan suamiku secara diam-diam melepaskan aksi menarik bibit ke atas demi membantunya tumbuh ini.  Dia kembali pada jam belajar dan istirahatnya yang normal, kami mengembalikan haknya untuk membaca komik, mengijinkannya untuk berlangganan majalah “Humor anak-anak” dan sejenisnya, sehingga rumah kami menjadi tenteram kembali.  Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak mengerti akan nilai sekolahnya. 
Pada akhir minggu, teman-teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing-masing, dengan membawa serta suami dan anak untuk piknik.  Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa dan guyonan, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan karya seni pendek.  Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan gembira.  Dia sering kali lari ke belakang untuk menjaga bahan makanan.  Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat agak miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap jus sayuran yang bocor ke luar.  Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika makan terjadi satu kejadian di luar dugaan.  Ada dua orang anak lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa Inggeris.  Kedua anak ini secara bersamaan menjepit sebuah kue beras ketan di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau membaginya.  Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, mereka sama sekali tidak mau peduli.  Orang dewasa terus membujuk mereka, namun tidak ada hasilnya.  Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah sulit ini dengan cara sederhana yaitu lempar koin untuk menentukan siapa yang menang.

Ketika pulang, jalanan macat dan anak-anak mulai terlihat gelisah.  Anakku terus membuat guyonan dan membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti.  Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat anak-anak ini terus memberi pujian.  Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio masing-masing.  Ketika mendengar anak-anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada wajah suamiku timbul senyum bangga. 
Sehabis ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku.  Pertama-tama mendapatkan kabar kalau nilai sekolah anakku tetap kualitas menengah.  Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang hendak diberitahukannya, hal yang pertama kali ditemukannya selama 30 tahun mengajar.  Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya. Selain anakku, semua teman sekelasnya menuliskan nama anakku.

Alasannya sangat banyak: antusias membantu orang, sangat memegang janji, tidak mudah marah, enak berteman, dan lain-lain, paling banyak ditulis adalah optimis dan humoris.  Wali kelasnya mengatakan banyak usul agar dia dijadikan ketua kelas saja.  Dia memberi pujian: Anak anda ini, walau nilai sekolahnya biasa-biasa saja, namun kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu.

Saya berguyon pada anakku, kamu sudah mau jadi pahlawan.  Anakku yang sedang merajut selendang leher terlebih menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, dia lalu menjawab dengan sungguh-sungguh: “Guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.”  Dia pelan-pelan melanjutkan: “Ibu, aku tidak mau jadi pahlawan, aku ingin jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.”  Aku terkejut mendengarnya dan mengamatinya dengan seksama.

Dia tetap diam sambil merajut benang wolnya, benang warna merah muda dipilinnya bolak balik di jarum bambu, sepertinya waktu yang berjalan di tangannya mengeluarkan kuncup bunga.  Dalam hatiku terasa hangat seketika.  Pada ketika itu, hatiku tergugah oleh anak perempuan yang tidak ingin menjadi pahlawan ini.  Di dunia ini ada berapa banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi pahlawan, namun akhirnya menjadi seorang biasa di dunia fana ini.  Jika berada dalam kondisi sehat, jika hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati, mengapa anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati dan jujur.

Jika anakku besar nanti, dia pasti akan menjadi seorang isteri yang berbudi luhur, seorang ibu yang lemah lembut, bahkan menjadi seorang teman kerja yang suka membantu, tetangga yang ramah dan baik.  Apalagi dia mendapatkan ranking 23 dari 50 orang murid di kelasnya, kenapa kami masih tidak merasa senang dan tidak merasa puas?  Masih ingin dirinya lebih hebat dari orang lain dan lebih menonjol lagi?  Lalu bagaimana dengan sisa 27 orang anak-anak di belakang anakku?  Jika kami adalah orangtua mereka, bagaimana perasaan kami?