Kamis, 17 Januari 2013

MOVIE REVIEW: 17 AGAIN

Awalnya, saya kira setelah nonton film ini saya akan lebih memaknai masa-masa remaja saya seperti nama filmnya "Seventeen Again".
Setelah nonton sampai selesai, ternyata dugaan saya salah, saya kira begitu.
Pemain utama yang diperankan oleh Zac Effron adalah seorang pemuda yang masuk tim basket andalan sekolahnya. Kebetulan saat itu Zac ingin masuk perguruan tinggi favoritnya dan salah satu syaratnya adalah memenangkan pertandingan basket antar sekolah.

Sayang, saat tengah bertanding basket yang memperebutkan juara agar dia bisa diterima di perguruan tinggi itu, pacarnya datang. Dia bilang dia hamil, hasil hubungannya dengan Zac, tapi Zac tidak harus menikahinya. Kata cewek itu sedih.

Tapi, di saat itu pula Zac berubah pikiran. Dia memilih menikahi cewek itu dan meninggalkan timnya yang sedang bertanding. Alhasil, cita-citanya untuk masuk perguruan tinggi harus diurungkan.

Alur film ini maju beberapa tahun kemudian, saat Zac lebih tua 18 tahun saat ia bertekad menikahi pacarnya itu. Selama 35 tahun itu rumah tangga Zac tidak begitu harmonis, ia lebih suka menyesali keputusannya saat meninggalkan timnya kala itu dibanding menjadi suami yang memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Hingga pada suatu saat dia bertemu dengan kakek tua yang menjanjikannya untuk bisa kembali ke umur 17 tahun lagi. Tentu Zac senang, akhirnya ia bisa mengubah keputusannya saat itu yang disesalinya hingga sekarang.

Sim salabim !

Jadilah Zac manusia berwujud 17 tahun dengan pikiran 35 tahun sebagai ayah dan suami. Kebetulan anak-anaknya sekolah di sekolahnya dulu sehingga ia bisa bertemu dengan anak-anaknya sebagai seorang sahabat.

Mungkin di bagian ini yang paling saya sukai. Ternyata maksud kakek tua itu mengubahnya menjadi manusia 17 tahun bukan semata-mata untuk memenuhi keinginan Zac yang dulu gagal. Tapi saat ia menjadi manusia 17 tahun ia bisa tahu kelakuan anak-anaknya di sekolah. Mulai dari putrinya yang berpacaran(keterlaluan) dengan salah satu berandal(yang juga pengecut) di sekolah itu. Dan putranya, yang lebih muda yang diremehkan oleh teman-temannya.

Begitu juga dengan istrinya. selama ini ia yang selalu ingin dimengerti oleh istrinya akhirnya tahu bahwa yang ia lakukan selama ini adalah salah.

Akhirnya episode yang sebelumnya pernah terjadi, terjadi kembali. Zac yang telah diterima di sekolahnya yang dulu kembali bertanding basket untuk memperebutkan juara, dan lagi-lagi wanita itu datang. Namun, kini ia sadar bahwa selama ini yang ia inginkan adalah mengubah masa lalu. Hal yang tidak mungkin. Justru yang ia lakukan adalah menyia-nyiakan hal yang ia miliki, keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar