Rabu, 04 Mei 2016

KEPUTUSAN UNTUK MELANJUTKAN KULIAH...

Agustus 2014 

Jauh sebelum lulus kuliah saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah lagi. Saat itu saya terpikir untuk lanjut ke Groningen atau Twente di Belanda. Tapi saat itu saya juga masih bingung harus memulai persiapan dari mana. 

Suatu sore teman saya mengajak saya untuk melanjutkan ke Tokyo Institute of Technology (Tokyo Tech) di Jepang. Saya cukup sering mendengar kampus ini sih karena sering mengadakan seminar di kampus saya saat itu, di ITB, dan sepertinya hubungan antara Tokyo Tech dan ITB cukup baik jadi mungkin kesempatan untuk melanjutkan kuliah di sana lebih besar.

Saya mulai mempertimbangkan ajakan teman saya ini, berhubung dia juga sahabat dekat saya, setidaknya kan kalau berjuang bersama jadi ada motivasi tambahan. Saya mulai baca-baca di web kampusnya, Lihat-lihat fakultasnya. Bagus juga ya. Dan ketika saya  lihat peringkat universitasnya, saya agak kaget karena tidak menyangka Tokyo Tech masuk jajaran 50 top universitas di dunia. 

Saya makin tertarik lagi. Lalu saya mulai mencari Profesor yang mau menampung saya di labnya, mengingat sistem di Jepang mengharuskan mahasiswa memiliki supervisor terlebih dahulu sebelum melakukan admission ke universitas. Jadi saya mulai meng-email Profesor yang bidangnya saya minati, yaitu material science. Saat itu banyak email saya tidak terjawab oleh Profesor yang bersangkutan, sampai akhirnya seorang Profesor (yang sekarang menjadi supervisor saya) menjawab email saya. Alhamdulillah. Beliau bilang mau menerima saya sebagai member labnya, dan beliau ini baik banget dan supportif ketika saya tanya macam-macam. Waktu itu saya juga sekaligus mendaftar beasiswa MEXT atau Monbusho U to U (University to University). 

Tips: Jangan email ke beberapa profesor pada waktu bersamaan. It's not good, like you haven't manner. Email satu profesor dulu dan tunggu beberapa hari misalnya 3 hari sampai seminggu. Kalau belum juga ada balasan, baru email ke profesor lain. Ini untuk menghindari email terjawab oleh beberapa profesor sekaligus yang dapat menimbulkan kesan tak baik, untuk kamu sendiri dan untuk universitas kamu khususnya. 
Gimana sih cara meng-email profesor? Sejujurnya perlu skill lho untuk menulis email yang baik hahahaha, bercanda. Yang jelas, perkenalan diri seperti nama, asal universitas, jurusan, dan lain-lain yang menurut kamu perlu. Lalu, utarakan niat kamu ingin menjadi mahasiswanya, nah untuk tahap ini sebaiknya kamu cantumkan link dari mana kamu dapat informasi tentang profesor tersebut, ini untuk menunjukkan kamu telah riset tentang beliau. Jangan lupa cantumkan CV dan transkrip kalau ada. 

September - Oktober 2014

Saya lupa tepatnya bulan apa, antara September dan Oktober yang jelas. Setelah step pertama terlewati, yaitu mendapat supervisor, saya mengirim berkas-berkas untuk admission ke kampus, di Jepang. Pada bulan ini saya juga resmi lulus dari kampus tercinta dengan tepat waktu dengan hasil.....cukup memuaskan hahaha. Cukup lho ya, cukup.
Meskipun saya sudah daftar beasiswa MEXT, saya juga menyiapkan plan B dengan mendaftar LPDP. Berjaga-jaga kalau sekiranya saya tidak mendapatkan beasiswa MEXT. 

Miscellaneous: Saya ingin cerita sedikit tentang ijin kepada orang tua. Sebenarnya, orang tua saya tidak mengijinkan anaknya ini melanjutkan kuliah di luar negeri. Ibu waktu itu menyarankan lanjut di ITB saja karena Ibu sudah terlanjut suka dengan Bandung hahaha. Dasar saya kalau punya mau tetap kekeuh, saya tetap mendaftar, dan meskipun Ibu tidak setuju (dalam hati), beliau tetap suport saya saa itu.

November 2014
Salah satu syarat admission adalah wawancara (via Skype) oleh calon supervisor beserta dua profesor penguji. Saya menyiapkan list pertanyaan wawancara dan bagaimana cara menjawabnya, tapi tetap saja deg-degan. Lebih deg-degan lagi soalnya pas saya wawancara lagi hujan lebat takut kalau internetnya putus-nyambung, kan gawat ya. Akhirnya, wawancara pun dimulai, saya amazed juga bertatap muka pertama kali dengan calon supervisor saya. Wawancaranya cukup singkat kalau menurutku, ya pertanyaan standar seperti motivasi melanjutkan kuliah dan sebagainya. Saya juga ditanya beberapa teori dasar di material science seperti SEM, XRD, dan FTIR. Untung banget, saat itu masih baru lulus kuliah jadi ingatannya masih nempel, hehehe.

Desember 2014
Pengumuman LPDP keluar, dan saya tidak lolos. Orang pertama yang saya tanya adalah Ibu.
'Ibu ngedoain aku biar ngga lolos ya?'
'Iya' jawabnya ringan (as I though doa Ibu ini manjur banget dah) 
'Pantes' timpal saya.

Januari 2015
Sembari menunggu kabar kelanjutan kuliah, saya tak mau diam di kos begitu saja. Akhirnya, Januari 2015 saya diterima kerja sebagai editor buku sains untuk anak sekolah di Depok. Meskipun akhirnya saya resign 6 bulan kemudian.

Maret 2015
Ada email dari profesor saya tentang hasil admission. Saya diterima sebagai mahasiswa Tokyo Tech tapi saya tidak lolos beasiswa MEXT. Sedangkan dua teman saya yang mendaftar bersama saya mereka lolos Tokyo Tech dan MEXT sekaligus. Saat itu saya kayak nelongso banget gitu, udah LPDP ga dapet, MEXT juga ngga dapet, trus dari tiga teman yang daftar, cuma saya yang ngga lolos. Saya cuma cerita hasilnya aja ke Ibu, dan ngga cerita kalau lagi sedih dan terpukul. Tapi sepertinya beliau bisa merasakan apa yang dirasakan anaknya. Akhirnya, suatu hari Ibu bilang kalau dia rela saya sekolah lagi di Jepang. Alhamdulillah, saya merasa saat itu jalan saya mulai terbuka. 

Saya kembali bangkit setelah down beberapa kali. Saya kembali mendaftar LPDP, untuk kedua kalinya. Dan ini adalah kesempatan terakhir saya karena LPDP hanya memberikan kesempatan mendaftar 2 kali, setelah itu blacklist selama-lama-lamanya. But, just give it a try. Saya mencoba lagi, dan betul-betul menguatkan niat dan berusaha lebih serius lagi. Apalagi saat itu saya masih berstatus karyawan, jadi semua saya urus setelah pulang kerja. Di sisi lain, saya juga berusaha ikhlas kalau seandainya saya ngga lolos. Berat memang, tapi lebih baik menyiapkan mental saat kalah dari sekarang. Kadang saya juga merasa pesimis, saya ini capable ngga sih kok sampai ditolak terus. Tapi saya terus berusaha, meskipun diri yang lain juga mengingatkan akan pedihnya sebuah kegagalan.

Juni 2015
Hari itu adalah hari pengumuman hasil seleksi beasiswa LPDP. Saya sudah mantengin sejak pagi sambil menyiapkan mental kemungkinan terburuk. Sempat down websitenya karena mungkin banyak yang mengakses, dan alhamdulillah, nama saya di sana. Terima kasih Ibu doanya :) Ternyata kerja keras dan doa tidak mengkhianati. Akhirnya semua itu terbayar pada waktunya.

2 komentar:

  1. Nice post pipit. Salam kenal yaah.. ^^ ditunggu cerita selanjutnya selama kuliah dsna. Hehe

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus