Aku terbangun ketika gedung-gedung penuh dengan peluru
kusembunyikan mata yang mengerjap
di kanan dan kiri,
kusimpan pola-pola
agar kau tak cemas
Usai gerimis yang gemetaran
kau menyebut namaku
seperti menyebut nafas, pendek
dan berdenyut, bersahut-sahut
Kemarin akan menjadi sejarah, Sayang
percuma kau meneriakkan suara
yang akhirnya melayang-layang
dan udara akan menguapkannya
mengapa kau tak cukup diam saja
dan merapal namaku?
Aku tak punya oleh-oleh untuk menyambutmu
Aku hanya ingin tidur lagi, pura-pura berlayar dalam mimpi
di kolong gedung yang tertembus peluru itu
dan kau tak perlu cemas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar