Jumat, 19 Februari 2016

TEKANAN



Hampir setengah hari saya menghabiskan waktu di laboratorium, entah untuk eksperimen, ngukur sampel, baca paper, atau ngolah data. Kalau dibilang suka riset, ya ngga suka banget, tapi hal yang saya suka dalam eksperimen adalah saya bisa menyendiri di clean room sembari menunggu reaksi sampel saya selesai.

Banyak oang mengira saya menyukai riset, atau menyukai hal-hal yang berbau riset. Nyatanya sejak kuliah S1 dulu saya masuk jurusan yang memang aktivitas utamanya riset/eksperimen, ya mau tidak mau saya mendapat label dari orang-orang sebagai anak sains yang suka ngelab.

Padahal tak jarang saya berhari-hari dibawa kesal karena tak kunjung mendapatkan hasil yang bagus, jadi saya harus mengulang eksperimen yang sama berkali-kali. Dengan tuntutan dari dosen yang terus meminta data-data-data-data, saya juga sering merasa tertekan meskipun sudah merasa melakukan hal yang maksimal.

Ketika saya mendapat hasil yang bagus saya juga merasa tertekan. Saya memang senang memuji diri sendiri, tapi saya merasa jengah kalau dipuji oleh orang lain. Padahal apa yang saya dapatkan hanyalah permainan statistik belaka. Tak ubahnya seperti melempar gelang-gelangan ke botol minuman seperti yang banyak kita jumpai di pasar malam. Dan saya secara tidak sengaja gelang yang saya lempar nyangkut di botol.

Di balik permainan statistik itu ada Tuhan, yang entah bagaimana caranya menggabungkan ketidaksengajaan menjadi sebuah keberuntungan.

Lalu coba jelaskan di bagian mana saya patut mendapat pujian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar