Rabu, 23 Desember 2015

MATA

Kadang aku bingung bagaimana mengajakmu bicara. Tapi ketika melihat matamu, aku bagai melihat laut yg tenang namun menyimpan gemuruh yg besar di dalam sana. Sewaktu waktu bisa menghabisi orang.
Matamu terlalu kecil, untuk ukuran laki laki maskulin dan hemat bicara. Tapi di sepasang mata itu kutemukan air yang jernih. Lalu aku bisa bercermin di sana dan menyapa ‘apa kabar’, atau justru membuatku bertanya tanya 'apa kita orang yg sama?’
Bayang bayang itu selalu hadir yg kadang menembus tabir.
Apa yg kau sebut jarak membuatku bingung, sedang kita setiap saat selalu bersama tanpa terpisah satu meter pun.
Apakah cinta ini terlalu payah? Hingga kau terlalu cepat menyerah?
Matamu hanya diam, mengisyaratkan untuk tidak banyak bercakap dan saling mengerti saja.
Aku diam.
Aku mengerti, selamanya tetap bisa kutemukan laut di matamu. Meski kita berpisah. Itu sudah cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar